Konflik Israel dan Palestina hingga kini
tak kunjung selesai. Bahkan tak bisa diperkirakan kapan konflik akan membaik.
Kini muncul ancaman bagi Israel yang sedang hangat diperbincangkan publik.
Brigadir Jenderal Dror Shalom, Kepala
Divisi Riset Direktorat Intelijen Militer Israel, menyampaikan bahwa
terdapat dua ancaman yang sedang dihadapi oleh Israel. Ancaman
tersebut adalah Iran dan kemungkinan runtuhnya Otoritas Palestina.
Shalom mengatakan bahwa ancaman terorisme
akan meningkat ketika para kaum muda di Yudiea dan Samaria tidak bisa mencari
nafkah di tengah
pandemi virus Corona.
Hal ini akan sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Dia menekankan ada tiga
pokok yang bisa berkontribusi dalam menjaga stabilitas. Pokok tersebut adalah
tentara Israel, keadaan ekonomi yang membaik, dan koordinasi keamanan dengan
Palestina.
Ancaman Bagi
Israel
Walaupun Israel telah menandatangani dua janji
damai bersama Uni Emirat Arab serta
Bahrain, masih
menganggap perjuangan Palestina sebagai bom waktu. Menegaskan bahwa perjuangan
rakyat Palestina hanya untuk menyatukan negara-negara Arab.
Alasan Israel menandatangani perjanjian
tersebut karena memiliki tujuan dan maksud tertentu. Israel bertekad untuk
menunda rencana pencaplokan bagian Tepi Barat.
“Memperdaya otoritas Palestina adalah
salah satu usaha demi kepentingan keamanan bangsa
Israel,” kata Shalom.
Tak hanya itu, Shalom juga memperingatkan
bahwa orang Arab
masih membenci Israel serta situasi pada kawasan teluk
itu harus segera diperbaiki, dilansir di Ashraq Al-Awsat, Ahad (11/10).
Jika pada situasi Jalur Gaza, Shalom
mengungkapkan bahwa situasi di sana tetap merupakan sebuah tantangan. Bahkan
Shalom juga memperkirakan bahwa eskalasinya bisa meningkat.
Amerika Serikat
Pada catatannya empat tahun lalu,
intelijen Israel telah mengeluarkan peringatan strategi di Jalur Gaza sebagai
ancaman bagi Israel. Apalagi terhalang adanya krisis ekonomi sipil di Gaza yang
akan memberikan dorongan pada Hamas untuk mengubah sebuah kebijakan.
Menurut Shalom, Yahya Siwar selaku Kepala
Humas di Jalur Gaza
adalah pemimpin yang berbeda karena tertarik untuk menunjukkan keberhasilan
dalam membangun kembali Jalur Gaza. Sinwar tidak mengharapkan perang di Jalur
Gaza dan Hamas
menyadari sepenuhnya kekuatan Israel.
Shalom berprasangka bahwa Tel Aviv telah
mendorong Hamas ke dasar tanah tanpa harus terlibat sebuah peperangan.
Mempertahankan situasi Gaza seperti saat ini merupakan hal yang terpenting
baginya. Sebab Israel bisa fokus kepada Iran.
Sejauh ini penarikan Amerika Serikat atas
kesepakatan nuklir sama sekali tidak menguntungkan
kepentingan Israel. Shalom mendukung strategi penekanan terhadap Teheran.
Memandang Iran sebagai negara adidaya yang telah melemah. Strategi Amerika
Serikat
di masa depan akan memberikan tekanan maksimum hingga mencapai sebuah kesepakatan.
Ajak Dunia Perangi Iran
Antara konflik Iran dengan Amerika
Serikat, Israel justru mengeluarkan kalimat panas ke Iran. Benjamin Perdana
Menteri Israel menuding ancaman Iran sama halnya dengan Nazi. Kalimat tersebut
kini menjadi ancaman bagi Israel terkait keamanan bangsanya.
Benjamin juga meminta kepada negara di
seluruh dunia
untuk bersatu dan tegas melawan Iran. Hal ini lantaran senjata nuklir yang
dimiliki Iran mampu menghancurkan Israel.
Pada dasarnya Israel adalah negara yang
menentang kesepakatan nuklir Iran pada tahun 2015. Netanhayu memberikan
apresiasi pada presiden Amerika Serikat saat menarik diri dari perjanjian tahun
2018. Sehingga mendorong kekuatan Eropa untuk mengikuti jejak Washington.
Akibat adanya tekanan dari Amerika
Serikat, Iran terus melanjutkan program nuklir tersebut. Saat Eropa berusaha
untuk menyelamatkan perjanjian, Iran justru meminta syarat khusus pada Eropa.
Kini Israel sedang harap-harap cemas
dengan Iran. Sungguh ancaman bagi Israel saat ini menyangkut keamanan
negaranya. Dengan berbagai cara, pemerintah Israel
terus berjuang bahkan menyusun rencana kedepannya.