Konflik Israel dan Palestina sampai saat
ini masih belum kelar. Dari awal mula konflik Israel dan Palestina hingga kini
makin memanas. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah
satunya adalah membangun kembali Haikal Sulaiman.
Konflik yang mereka hadapi kian kemari semakin rumit saja.
Awal Mula Konflik
Israel dan Palestina
Sejak akhir perang dunia II, konflik
sengit antara Israel dan Palestina adalah sebuah hal yang sangat tragis.
Merupakan perdebatan antara dua negara yang tak kunjung selesai.
Dr Gil Merom mengatakan bahwa konflik ini
hanya sederhana yaitu permasalahan wilayah. Konflik ini dimulai sejak zaman
Alkitab. Akhir tahun 1800an dan awal
19-an merupakan perspektif sejarah pada masa sekarang.
Perang Arab dan
Israel
Pada tahun 1947,
PBB membagi wilayah menjadi tiga bagian, yaitu untuk orang
Yahudi, Arab, dan rezim perwalian internasional di Yerusalem. Namun masyarakat
Arab tidak menerima kesepakatan tersebut. Mereka mengatakan bahwa PBB tidak
memiliki hak untuk mengambil tanah mereka.
Tentu saja menyebabkan perpecahan antara
Israel dan Arab. Terdapat pemimpin yang mendorong orang-orang untuk pergi,
mengakibatkan beberapa orang Arab pergi secara sukarela. Perang Arab dan Israel
pada tahun 1948 membuat 700.000 warga Palestina meninggalkan rumah mereka.
Dikenal dengan sebutan Nakba, bahasa Arab untuk
malapetaka.
Melihat awal mula konflik Israel dan
Palestina,
Tepi Barat menjadi salah satu tempat yang tidak termasuk dalam persengketaan.
Ada perang besar lain yang terjadi 1967 dimana Israel yang berhasil mengalahkan
Mesir, Suriah, dan Yordania. Konflik tersebut berlangsung selama enam hari. Hal
ini mengakibatkan Israel merebut Tepi Barat dan Yerusalem Timur dari Yordania.
Wilayah-wilayah tersebut dianggap oleh PBB
sebagai wilayah Palestina. Negara lain menganggapnya sebagai tanah pendudukan,
sedangkan Israel menganggap sebagai area yang disengketakan.
Israel ingin status diselesaikan dengan negosiasi
perdamaian.
Mengapa Perdamaian Belum Tercapai?
Selama bertahun-tahun diwarnai dengan
kekerasan, kedua negara ini mencapai sebuah kesepakatan pada tahun 1993.
Palestina akan mengakui negara Israel dan begitu juga dengan Israel yang akan
mengakui Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Kesepakatan ini disebut dengan
perjanjian Oslo. Sehingga bisa menciptakan Otoritas Palestina yang mempunyai
beberapa area kepemerintahan
sendiri yang terbatas pada Jalur Gaza dan
Tepi Barat.
Hal itu merupakan kesepakatan sementara
sebelum ada
yang seharusnya menjadi janji damai
komprehensif. Pada tahun 2000 ada KTT perdamaian yang gagal diselenggarakan
oleh Amerika Serikat.
Solusi Dua Negara
Dengan tegasnya Israel tidak akan pernah
menerima diaspora pengungsi Palestina untuk kembali ke Israel. Karena akan
mengubah sifat Israel menjadi negara minoritas Yahudi. Hal ini telah membuat
perbandingan yang tidak nyaman dengan Afrika Selatan di bawah apartheid. Tentu
saja berkaitan pada laporan 2017 oleh Komisi Ekonomi dan
Sosial PBB,
bahkan masa lalu mantan politisi Israel.
Sejak awal mula konflik Israel dan
Palestina, Israel mengkritik apartheid yang termuat dalam laporan tersebut.
Kementerian Luar Negeri Israel membandingkannya dengan tabloid Nazi bahwa
Sekjen PBB Antonio Guterres belum mendukung laporan itu.
Solusi kedua
negara
ini akan menjadi perdebatan sebagai satu-satunya solusi jangka lama.
Untuk menempuhnya akan menemui banyak kendala. Bahkan terkait perdamaian masa
depan tidak ada yang terlalu optimis terwujud dalam jangka pendek.
Di Jalur Gaza kekerasan terus berkobar,
hingga awal Mei 2019 terjadi tembakan roket dari Gaza
dan aksi militer Israel yang mengakibatkan kematian. Belum lagi akhir-akhir ini
Israel
yang menjajah Palestina dari segi pendidikan. Tentu semakin sedikit peluang
Palestina dalam mewujudkan kemerdekaannya.
Kisah awal mula konflik Israel
dan Palestina kini sudah menjadi rahasia publik. Banyak pihak yang mati-matian
mendukung Palestina dalam menyelesaikan konflik tersebut. Salah satu negara
dengan dukungan terbaik adalah Indonesia.