Damai Aqsha – Bayangkan, uang Anda tersisa untuk satu hari makan lagi. Tiba-tiba, kolega Anda meminjam uang pada Anda saking tersembunyinya kesulitan dari wajah Anda. Di media sosial, tersebar ungkapan “apakah aku terlihat setenang itu?” Namun, memang begitulah hendaknya seorang mukmin. Pertanyaannya kemudian, apakah Anda akan memberikan uang Anda? atau, “emang ada orang yang mau ngasih lagi kondisi susah? Kalau pun ada, pasti tu orang malaikat”. Jawabannya, ada.
Di tanah yang kini masih terjajah, kita dapat menemukan banyak sosok seperti itu. Salah satunya, dokter Hussam Abu Safiya. Padahal dirinya terluka, padahal anaknya baru saja dieksekusi mati oleh penjajah, padahal rekan-rekannya ditangkap tanpa peradilan oleh penjajah. Namun ia masih mendahulukan orang lain, dalam hal ini, pasien-pasiennya yang terluka akibat perilaku keji para Zionis. Beliau adalah dokter spesialis anak sekaligus Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Beit Lahiya, Gaza.
Pada akhir Oktober 2024 lalu, mengutip +972 Magazine, tentara penjajah Israel menyerang Rumah Sakit Kamal Adwan, padahal rumah sakit tersebut berstatus “nyaris tak berfungsi”. Semua itu terjadi lantaran tentara penjajah Israel menyerangnya selama berminggu-minggu sebelumnya. Memang, Rumah Sakit ini merupakan salah satu sasaran tentara penjajah Israel sejak Desember 2023 dan mereka sempat mengebom bagian gedung dan halamannya. Peluru menghantam langtai tiga rumah sakit tersebut dan, otomatis, menghancurkan pasokan medis kiriman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), serta merusak unit dialisis rumah sakit tersebut. Selain itu, serangan tersebut juga memutus generator oksigen medis yagn berujung pada wafatnya dia bayi di unit perawatan intensif.
Tak berhenti sampai di situ, pasukan penjajah Israel kemudian memaksa semua pasien dan warga Palestina yang emngungsi di rumah sakti tersebut berkmpul di halaman tengah. Ratusan di antaranya ditangkap dan diinterogasi, termasuk para staff rumah sakit. Dalam kondisi tersebut, dokter Hussam menolak evakuiasi. Akibatnya, ia sempat ditahan dalam serangan tersebut sebelu akhirnya dilepaskan dan kembali merawat para pasien. Di saat itulah, sebuah pesawat nirawak penjajah Israel menewaskan puteranya yang berusia 15 tahun, Ibrahim yang sedang berlindung di rumah sakit tersebut bersama seluruh anggota keluarga yang lain.
Nyatanya, serangan ke Rumah Sakit Adwan tak berhenti pada hari itu. Serangan terus berlanjut hingga pada 31 Oktober pasukan “berhasil” menghancurkan paket pasokan WHO, bahkan mereka menembaki delegasi WHO yang berupaya mengevakuasi para pasien. Kejinya, para penjajah, dengan sengaja, menyar bangsal anak-anak sehingga melukai gadis berusia 13 tahun dan beberapa orang lainnya. Serangan yang intens pada akhirnya menyisakan hanya dua dokter, salah satunya dokter Hussam.
Jika kondisi tersebut Anda kita cukup menjadi alasan bagi dokter Hussam mundur, nyatanya tidak. Dengan penuh kesungguhan, ia mengatakan, “Kami melakukan apa yang kami bisa dan kami tidak akan pernah berhenti. Saya tidak akan mundur dari menyampaikan pesan kemanusiaan saya; profesi saya adalah tugas saya dan saya harus meneruskannya. Saya akan tetap berada di dalam rumah sakit sampai saat-saat terakhir.”
Jiwa Malaikat
Melihat kondisi tersebut, penulis menilai wajar jika dokter Hussam memilih untuk mengungsi, namun jiwanya yang luhur tak membiarkannya. Fitrahnya terjaga berkat akalnya ia gunakan untuk mengenal Ilah dan Rabb-nya sehingga ia begitu yakin dengan janji dan perlindungan-Nya. Sementara di sisi lain, para penjajah menunjukkan jiwa yang lebih hina dari binatang. Binatang masih ada yang memilih untuk menyelamatkan mangsanya di satu kesempatan dan kondisi, namun para penjajah ini, nampaknya tak lagi memiliki hati sehingga anak-anak yang sakit pun sengaja disasar untuk memuaskan jiwanya.
Manusia itu, default-nya lebih mulia dari Malaikat. Sebagaimana kita dapat temukan kisahnya pada awal penciptaan manusia pertama, yakni Nabi Adam AS. Allah Swt. menganugerahi beliau penglihatan, pendengaran, akal, dan qalbu. Tak hanya itu, Allah Swt. juga mengeanugerahinya dengan ilmu pengetahuan. Dengan semua itu, Allah Swt. bermaksud memuliakan manusia, bahkan lebih mulia dari Malaikat. Hal itu dibuktikan dengan perintah Allah Swt. pada para malaikat untuk sujud pada Adam AS. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 30-34,
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menciptakan makhluk yang merusak dan menumpahkan darah di sana, padahal kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Allah berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui hal yang tidak kamu ketahui.”
وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Allah mengajari Adam semua nama benda. Kemudian, Allah perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini jika kamu yang benar!”
قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkau Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”
قَالَ يٰٓاٰدَمُ اَنْۢبِئْهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْ ۚ فَلَمَّآ اَنْۢبَاَهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْۙ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَاَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ
Allah berfirman, “Hai, Adam! Beritahukan kepada mereka nama-nama itu!” Setelah Adam menyebutkan nama-nama itu, Allah berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan yang kamu sembunyikan?”
وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ
Ingat ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kepada Adam!” Lalu, mereka bersujud, kecuali iblis. Iblis menolak dan menyombongkan diri sehingga ia termasuk golongan kafir.
Ketika manusia menggunakan semua potensi tersebut untuk memahami ayat-ayat Allah Swt. maka ia akan tetap mulia. Namun, sebaliknya, jika manusia tidak menggunakannya, bahkan menyia-nyiakan, terutama hatinya, maka ia akan tersesat hingga mengubahnya menjadi sosok yang lebih hina dari binatang ternak. Dalam Qur’an, surat Al-A’raf ayat 179, Allah Swt. berfirman,
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
Sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam dengan banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah. Mereka memiliki mata, tetapi tidak digunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah. Mereka mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakan untuk mendengarkan ajaran-ajaran Allah. Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang lengah.
Imam Qurthubi, dalam kitab tafsirnya, menjelaskan, ayat ini menjelaskan, bukan berarti mereka itu benar-benar tuli maupun buta secara fisik. Mata mereka berfungsi untuk melihat, telinga mereka berfungsi untuk mendengar, namun mereka tidak menggunakan fungsi panca indranya dengan benar. (Tafsir Qurthubi, jilid 7: 817-818)
Tidak mempergunakannya dengan benar menurut Wahbah Zuhaili yaitu menggunakan akal dan indra hanya untuk kepentingan dunia semata tidak untuk kepentingan akhirat. Hati mereka tidak digunakan untuk memahami segala hal untuk mewujudkan kemaslahatan. Mata dan telinganya tidak digunakan untuk melihat dan mendengar hal-hal yang dapat mewujudkan kemaslahatan. (Tafsir al-Munir, jilid 5: 169-170).
Kita tidak memungkiri, jika para penjajah Israel adalah orang-orang yang cerdas, namun kecerdasan tersebut, bukannya mereka gunakan untuk mashlahat, namun justru mereka gunakan untuk berbuat kerusakan. Bahkan, dengan apa yang mereka sudah lakukan, mereka masih bisa mengatakan, jika apa yang mereka lakukan adalah mashlahat; “menghalau terorisme”. Maka, sangat tepat jika mereka lebih hina dari binatang ternak, di mana mereka, sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, bahwa binatang ternak masih mengikuti ucapan tuannya meski tak mengerti, namun mereka justru melawan Rabb-nya.
Kabar terakhir, Rumah Sakit Adwan, bukan lagi tidak berfungsi, namun sudah rata dengan tanah. Sebagaimana dilaporkan oleh detikhelath. Tanpa ampun, buldoser penjajah merata tanahkan seluruh kawasan rumah sakit. Padahal rumah sakit tersebut, bukan hanya merawat orang-orang yang terluka, namun juga menjadi tempat berlindung para pengungsi. Menteri Kesehatan Palestina bahkan menemukan jika para penjajah telah mengubur hidup-hidup warga sipil di halaman Rumah Sakit.
Sebagaimana kita, tahu, penduduk Gaza merupakan manusia-manusia yang hatinya senantiasa terpaut dengan Al-Qur’an. Segala kesulitan yang mereka hadapi, mereka pertemukan dengan petunjuk Rabb-nya. Meski mereka terlihat hancur hari ini, namun mereka tetap bertahan dengan harga dirinya sebagai manusia yang mulia. Semoga kita dapat meneladani mereka. Wallahu a’lam bi shawwab.