Para ahli independent dari PBB mengungkapkan kekhawatiran yang sangat besar bahwa ada penghancuran sistematis terhadap sistem pendidikan Palestina. Penghancuran ini disebut dengan skolastisida. Serangan bom bertubi-tubi Israel menyebabkan sarana pendidikan hancur. Selain rumah penduduk, mayoritas bangunan sekolah dan universitas di kota tersebut.universitas telah rata dengan tanah, bersama dengan bangunan-bangunan penting lain.
Berdasarkan laporan ohchr.org, selama 6 bulan genosida di Gaza berlangsung, sedikitnya 60 persen fasilitas pendidikan, termasuk 13 perpustakaan umum, telah rusak atau hancur dan 625.000 siswa tidak memiliki akses pendidikan. Sebanyak 5.479 siswa, 261 guru, dan 95 profesor universitas telah terbunuh di Gaza, dan lebih dari 7.819 siswa dan 756 guru terluka – dengan jumlah yang terus bertambah setiap harinya.
Para Ahli Mengungkapkan Adanya Pemusnahan Pendidikan di Gaza
Bangunan-bangunan hancur di lokasi sekolah di kamp pengungsian Nuseirat Gaza, pada Februari 2024 (Foto: AFP)
Pendidikan adalah salah satu sektor terpenting dalam suatu negara. Dengan lumpuhnya sarana pendidikan meningkatkan keprihatinan masyarakat dunia. Bahkan, sekolah darurat yang didirikan pun menjadi sasaran serangan Israel. Para ahli dari PBB menyampaikan kemungkinan akan adanya skolastisida.
“Dengan lebih dari 80% sekolah di Gaza rusak dan hancur, memungkinkan terjadinya usaha yang disengaja untuk menghancurkan pendidikan di Palestina secara menyeluruh, atau yang kita sebut dengan skolastisida,” ujar mereka.
Istilah ini mengacu pada pemusnahan pendidikan secara sistemik melalui penangkapan, penahanan, atau pembunuhan terhadap guru, siswa, dan staf, serta penghancuran infrastruktur pendidikan.
Para ahli juga tercengang dengan penghancuran sektor budaya di Gaza, melalui perusakan perpustakaan dan situs warisan budaya. “Fondasi masyarakat Palestina direduksi menjadi puing-puing, dan sejarah mereka dihapus”, ujar mereka.
Israel telah menghancurkan 195 situs warisan bersejarah, 227 masjid dan 3 gereja, termasuk Arsip Pusat Gaza, yang menyimpan sejarah selama 150 tahun.
Jangan Sampai Mimpi Gaza Ikut Hancur bersama Bangunan yang Runtuh
Foto: seorang anak berjalan di sekitar jalan Khan Younis, Gaza (Foto: UNICEF/Eyad El Baba)
Dalam sebuah video yang dibagikan oleh akun X @ OnlinePalEng , seorang anak perempuan di Gaza mengaku menyelamatkan buku-buku berharga dan sertifikat sekolahnya di dalam tas. Ia telah menyiapkannya bahkan sebelum tentara Israel menyerangnya untuk berjaga-jaga. Ia sangat mencintai pendidikan.
Anak itu berkata, buku-buku adalah dunianya. Jika ia buku-bukunya ikut hancur, mimpinya akan hancur pula, bersama masa kecilnya. Bahkan ketika Israel benar-benar menyerang rumahnya pada serangan Oktober 2023, buku-buku telah ia bawa dan selamatkan.
“Serangan yang terus menerus dan brutal kepada infrastruktur pendidikan di Gaza memiliki dampak jangka panjang terhadap hak-hak dasar orang untuk belajar dan bebas mengekspresikan diri, merampas masa depan generasi Palestina lainnya,” ujar para ahli.
Para siswa dengan beasiswa internasional dicegah untuk kuliah di luar negeri. Ketika sekolah-sekolah dihancurkan, harapan dan impian mereka ikut hancur.” Bahkan sekolah-sekolah PBB yang menampung warga sipil yang mengungsi secara paksa pun dibom, termasuk di “zona aman” yang ditetapkan oleh militer Israel.
***
Kita yang tinggal di Indonesia, patut untuk merasa tersentil dengan kondisi yang terjadi di Gaza. Untuk kita yang masih bisa punya kesempatan mengakses pendidikan dari manapun, baik dari buku-buku, kursus, sekolah, maupun perguruan tinggi dengan aman, sebaiknya gunakan sebaik mungkin. Jangan menyerah untuk terus mencari ilmu.