Sebagaimana Nabi Zakaria, Ibrahim A.S. juga
menjalani waktu yang panjang hingga Allah perkenankan mendapatkan keturunan.
Dari beberapa sumber, dikatakan Ibrahim.mendaostkan momongan pertamanya pada
usia 90 tahun. Dalam rangkaian waktu tersebut, Ibrahim A.S. terus berdo’a pada
Allah S.W.T. dan terus berusaha.
Bersama sang istri, Siti Sarah, Nabi Ibrahim
mendatangi Masjid Al-Aqsha atau Baitul Maqdis untuk bermunajat pada Allah. Ia
amat berharap memiliki keturunan agar ada penerus yang menyampaikan risalah
tauhid kepada manusia setelahnya.
Nabi Ibrahim berdo’a yang lafadznya Allah
abadikan dalam Al Quran pada surat As Saffat ayat 100,
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ – ١٠٠
“Wahai Rabb-ku, anugerahkanlah kepadaku
(seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.”
Allah S.W.T. berkenan mengabulkan do’a Nabi
Ibrahim A.S. dengan menganugerahkan padanya Ismail dan Ishaq yang keduanya
Allah tetapkan menjadi Nabi sebagimana kedua ayahnya. Dari keduanya, lahirlah
nabi-nabi lainnya, hingga Nabi terakhir Muhammad S.A.W juga merupakan
keturunannya dari garis keturunan Ismail A.S.
Penantian panjang Nabi Ibrahim akan hadirnya
sosok keturunan, lantas Allah uji lewat satu perintah. Pada perintah ini,
seolah Allah menguji kesungguhan pintanya dan cintanya pada Allah. Pinta
mendapatkan keturunan pelanjut dakwah Tauhid sekaligus antara cinta pada anak
atau pada Allah.
Singkat cerita, Ibrahim lulus dan apa yang
dilakukannya melehirkan hikmah yang agung dan syari’at dilaksanakannya Idul
Adha, khususnya Qurban.