Damai Aqsha – Alhamdulillah, belakangan, beberapa daerah di negeri kita Allah Swt. anugerahi hujan. Bayangkan, ketika Anda berkendaraan motor, tiba-tiba hujan turun sedang Anda lupa membawa jas hujan. Maka, Anda memutuskan untuk berteduh di toko pinggir jalan. Namun, ketika Anda hendak berteduh, yang punya toko keluar seraya mengusir Anda dengan membentak. “Jangan berteduh di sini! Nanti kotor toko saya,” bentak sang pemilik toko.
Saya yakin Anda akan gondok ketika mengalaminya. Rasanya ingin marah, tapi memang itu hak dia selaku pemilik toko. Paling Anda hanya bisa mendumal, sebagai bentuk pelampiasan kekesalan Anda.
Sekarang, bayangkan bagaimana perasaan saudara kita di Palestina. Mereka sama mengalami hujan, tapi bukan air, melainkan bom. Bukan lagi kotor, melainkan hancur rumahnya, itupun rumah mereka dan yang membom adalah orang yang dulu pernah mereka tolong. Seandainya banjir, bukan lagi air, tapi banjir darah; darah anak-anaknya, darah istri atau suaminya, atau darah orang tua mereka.
Karena rumah hancur, terpaksa mereka harus mengungsi. Bukannya tak mau menjauhi pemboman, tapi mereka punya harga diri mempertahankan tanah kelahiran mereka, sekaligus tanah milik umat Islam. Tak ada yang dapat menyelamatkan mereka kecuali pertolongan Allah Swt. melalui para pejuang kemerdekaan. Dari Gaza Utara, mereka berjalan ke Gaza Selatan, tuk sekadar mencari tempat berteduh sejenak.
Dengan bom, apapun jenis bangunannya, tentu hancur. Yang tersisa, hanya gedung yang dipayungi hukum internasional, yakni sekolah dan rumah sakit. Konon, kedua tempat tersebut, merupakan gedung yang haram untuk diserang karena di sana tempatnya anak-anak dan orang-orang yang terluka. Namun, dengan senyum gila-nya, tantara Zionis tetap menembakkan bom-bomnya.
Alasannya, dideteksi terdapat pintu terowongan pejuang di rumah sakit. Padahal, semua hanya bualan. Sebagaimana yang terjadi pada November tahun lalu di Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza. Tak lama, ditemukan lubang yang didaku sebagai terowongan pejuang kemerdekaan, rupanya hanya lubang pendek sebagai saluran air di rumah sakit, yang merupakan salah satu prosedur keamanan standar.
Namun, memang pada dasarnya hanya kebohongan, hingga saat ini, tidak ada satupun rumah sakit di Palestina yang utuh. Khusus di jalur Gaza, dari total 35 rumah sakit, tidak ada satupun yang dapat berfungsi, termasuk Rumah Sakit Indonesia. Kini, Lokasi rumah sakit sekadar menjadi poin tujuan ketika ada korban yang terluka sesaat setelah pemboman.
Pasien Diusir dari Rumah Sakit Al-Aqsha
Yang terbaru, sebagaimana dilaporkan oleh wartawan Middleeasteye asal Palestina, Hind Khoudary, pasien dan warga Pelstina yang terlantar malah diusir dari Kawasan Rumah Sakit Al-Aqsha. Padahal, inilah fasilitas medis terakhir yang dapat dioperasikan dengan fasilitas yang amat minim. Bahkan, karena bangunannya tak dapat lagi menaungi, sampai-sampai dibangun tenda untuk menampung pasien luka-luka.
Sampai saat ini, Kementrian Kesehatan Gaza mengumumkan, setidaknya total 41-an ribu warga Palestina dibunuh dan 93 ribu-an lainnya terluka sejak serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober tahun lalu. Hampir setahun sejak saat itu, namun gempuran penjajah Zionis Israel belum juga mereda.
Padahal rumah sakit merupakan salah satu dari lima objek yang diatur dalam Hukum Humaniter dalam rangka mencegah kekejaman perang terkait kemanusiaan. Sebagaimana telah dirangkum oleh cnbcindonesia.com, lima objek tersebut adalah:
- Warga Sipil
Dalam atauran tersebut, serangan dilarang diarahkan pada warga sipil. Penyerangan hanya boleh diarahkan pada seluruh angora angkatan bersenjata yang terlibat dalam perang. Hukum ini sebenarnya mencakup serangan yang dimaksud bukan hanya berlaku pada serangan offensive, melainkan semua Tindakan kekerasan terhadap pihak musuh dalam keadaan bertahan. Bahkan, hukum ini juga sebenarnya melarang teror pada Masyarakat sipil.
Nyatanya, dari 41 ribu korban pembunuhan di Palestina, lebih 70%-nya anak-anak. Bukan tanpa sengaja, namun sengaja. Terbukti dari beberapa video yang dapat kita temukan di internet, mereka berkeyakinan orang di luar kalangannya sebagai objek yang harus dibunuh, layaknya binatang.
- Bangunan yang Vital
Hukum humaniter juga mengatur agar serangan tidak diarahkan pada objek vital, seperti bendungan, tanggul, atau pembangkit listrik. Nyatanya, trafo Listrik yang ada di Gaza sudah dihancurkan sejak lama sehingga menjadikan Gaza gelap gulita di malam hari.
- Tenaga Medis dan Rumah Sakit
Berdasarkan Hukum Humaniter Internasional Aturan 25, personel medis harus dihormati dan dilindungi dalam segala keadaan. Aturan ini melingkupi perlindungan satuan medis, termasuk alat transportasi medis seperti ambulance. Pihak musuh tidak boleh melakukan apapun, kecuali sekadar menggeledah.
Nyatanya, kurang lebih, 500 tenaga medis tewas dibunuh sejak 7 Oktober 2023 lalu. Sebagaimana dilansir oleh Anadolu (aa.com) pada bulan Mei 2024 lalu.
- Benda Cagar Budaya
Benda cagar budaya merupakan kekayaan milik seluruh manusia. Dia adalah sumber pengetahuan dan pelajaran yang nilainya tak bisa ditukar dengan berapapun.
Nyatanya, perpustakaan tempat bertemunya Yaser Arafat dan Bill Clinton 26 tahun lalu sudah hancur oleh serangan Zionis Israel. Bahkan, mereka sengaja melancarkan serangan dengan sengaja menggunakan pesawat perang. Selain perpustakaan, Zionis Israel juga menghancurkan Masjid tertua di Gaza. Yang tersisa pada Desember lalu, sebagaimana dikutip oleh detik.com, hanya menaranya.
- Kota dan Desa
Jika Zionis beralsan membombardir Kawasan sipil untuk menghancurkan “markas musuh”, nyatanya Hukum Humaniter melarang penyerangan pada tempat tinggal musuh. Hal ini mengacu pada Konvensi Den Hag 1899 dan 1907.
Inilah payung “hukum” yang seharusnya cukup untuk menghentikan perilaku kejam yang dilakukan Zionis Israel. Segala bukti telah disampaikan oleh para Ahli Hukum pada sidang Pengadilan Internasional (ICJ). Alhamdulillah, Netanyahu sudah mulai enggan berpijak di beberapa wilayah Eropa lantaran terancam ditangkap.
Yakinlah, pada akhirnya, kebenaran akan bersinar, dan yang batil akan lenyap. Hujan akan mereda, mendung akan sirna, matahari akan kembali terang menyinari. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qur’an, surat Al-Isra’ ayat 81,
وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا
Katakan, “Kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.
Mari deraskan do’a, tunjukkan dukungan baik lewat suara, aksi, maupun harta. Meski butiran air, semoga cukup menjadi bukti keberpihakan kita di hadapan Allah Swt.