Pendidikan merupakan salah satu hal
mendasar dan
langka yang dijumpai di negara terdampak konflik. Salah satunya
adalah pendidikan di Palestina yang aksesnya terbatas. Hal ini lantaran kondisi
ekonomi yang tidak stabil.
Keterbatasan finansial ini baik lembaga
pendidikan maupun pelajar menjadi penghambat bagi jalannya proses belajar
mengajar di Palestina. Padahal bagi masyarakat Palestina, pendidikan adalah hal
penting yang bisa menjadi jembatan memperoleh kemerdekaan.
Warga masyarakat Palestina
juga menyadari akan pentingnya pendidikan bagi keselamatan negara tercinta.
Mereka yakin dengan adanya pendidikan yang layak akan merebut kembali kejayaan
dan harga diri yang dirampas.
Pendidikan di
Palestina
Israel berpengaruh terhadap perkembangan
pendidikan Palestina. Sebab Israel berusaha mengontrol aspek pendidikan dengan turut
mempengaruhi pemotongan dana pendidikan. Pemotongan ini terutama di wilayah
yang ada di bawah kendali Israel. Mereka mempengaruhi PBB untuk
mengurangi dana pendidikan di jalur Gaza, Tepi
Barat, dan Yerusalem.
Sekolah-sekolah di Palestina pada September
2018 masih bisa beroperasi walaupun dengan segala keterbatasan yang ada. Terlebih
lagi,
ada pemotongan dana. Hal ini sangat dirasakan oleh sekolah yang dikelola oleh
PBB.
Bahkan keterbatasan ini banyak menimbulkan
permasalahan baru. Salah satunya adalah penghapusan posisi guru BK. Dimana para
siswa akan sering membolos karena kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Akses Pendidikan
Tinggi Terbatas
Palestina juga menyediakan perguruan
tinggi yang setingkat dengan universitas. Namun, lagi-lagi ada saja kendala
bagi para mahasiswa untuk memperoleh pendidikan di Palestina. Banyak para
pemuda Gaza yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Padahal di jalur Gaza ada beberapa
universitas yang notabenenya bagus. Seperti
Universitas Islam Gaza dan Universitas Al-Aqsa di Gaza. Banyak kesempatan bagi
masyarakat yang bisa melanjutkan pendidikan tinggi. Namun, banyak yang
terkendala dana untuk membiayai pendidikan.
Tak hanya itu, banyak juga para sarjana
atau lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Hal ini karena mereka tak bisa
menebus ijazah di perguruan tinggi. Tentu saja masalahnya adalah pada keadaan
ekonomi.
Israel akan Robohkan Sekolah Baru Palestina
Berangsur-angsur pendidikan di Palestina
semakin tertekan. Seiring kemajuan teknologi,
mereka bukannya menikmati segala kecanggihan yang ada,
justru semakin tertindas oleh zaman. Tepat
pada tanggal 8 Oktober 2020, pengadilan Israel
memerintahkan pembongkaran sekolahan baru Palestina
yang ada di Tepi
Barat.
“Pengadilan putuskan
bahwa sekolah yang bernama Ras al Tennen di Kota Ramallah Timur tersebut
dibangun tanpa izin pendirian dan menolak
banding terkait pembongkaran yang nantinya
segera dilakukan,” ujar Abdullah Abu Rahma yang merupakan aktivis
Palestina.
Abu Rahma juga
mengatakan jika ada 50 calon siswa yang telah mendaftar di sekolah baru ini.
Nantinya sekolah akan dijalankan dan dikelola oleh Kementerian Pendidikan
Palestina. Para aktivis Palestina sudah mulai berkumpul untuk mencegah
pembongkaran sekolah baru.
Sekolah Ras al-Teneen memang berada di
wilayah Tepi Barat, yaitu wilayah yang dianggap sebagai
Area C. Wilayah tersebut di bawah kendali Israel. Hal ini tertuang pada
perjanjian OSlo tahun 1995.
Padahal akses pendidikan di Palestina
sudah hampir semuanya hancur oleh Israel. Hal ini sangat menekan keterpurukan
warga Palestina dalam berjuang mengambil alih kemerdekaan.
Menurut para aktivis dan pejabat Palestina,
otoritas yang dilakukan Israel sudah sangat melewati batas. Sebab sudah lebih
dari 500 bangunan dirobohkan secara paksa oleh Israel di tahun 2020.
Sungguh ironi kejadian yang menimpa Palestina.
Walaupun begitu, tetap ada semangat juang dalam membangun
kemerdekaan. Dengan segala keterbatasan yang ada, tetap mengupayakan kebutuhan pendidikan di Palestina.