Kondisi kesehatan anak-anak Gaza Palestina semakin mengkhawatirkan. Tak hanya meninggalkan luka parah akibat bom, serangan berkelanjutan Israel juga berdampak pada kasus lain, seperti serangan jantung yang dialami oleh bayi berusia 11 bulan bernama Nada Qabaja . Adapun anak-anak yang menderita penyakit polio, serta tenggorokan bolong.
Bayi Bernama Nada Terkena Serangan Jantung Mendengar Suara Bom
Doaa Ashraf, Ibu dari Nada Qabaja merasa sangat kehilangan karena putrinya yang sangat berarti bagi hidupnya ini menjadi korban kejahatan Israel. Nada meninggal karena serangan jantung, akibat dentuman bom yang mengguncang tendanya.
Ia mengatakan kepada Anadolu Agency dalam sebuah video wawancara, bahwa suatu ketika ada ledakan besar, yang mengguncangkan seluruh tenda, seluruh rumah.
“Bahkan saudara-saudaranya sampai ikut berguncang karena kencangnya ledakan. Putriku (Nada) terbangun tiba-tiba, ia berteriak, ia ketakutan. Lalu aku segera menggendongnya, mendekapnya. Kemudian ia agak tenang dan lunglai dalam dekapanku. Aku peluk dia. Aku bilang, sayangku, jangan takut,”
Ketika Doaa mencoba memberi susu dan minum, Nada menolak dan memuntahkannya. Ia lalu mencoba mencari pertolongan. Pamannya mencoba melakukan Resusitasi kepada sang bayi dari mulut ke mulut. Terlihat bahwa jantungnya berhenti bekerja dan dia tersedak. Wajahnya mulai berubah warna. Medis dari rumah sakit sudah mencoba menolongnya, sayangnya sang anak tidak dapat tertolong lagi. Ia berharap semua orang berada pada sisi mereka, pada sisi anak-anak mereka.
Sang Ibu merasa sangat berduka karena anaknya yang sangat ia cintai sudah pergi. Ia berharap seluruh dunia melihatnya dan memberikan empati kepada mereka.
Saif Menderita Luka Parah di Tenggorokan Hingga Susah Bernafas
Penderitaan juga terjadi pada Saif, anak Palestina yang mengalami luka parah di tenggorokannya. Menurut unggahan video dari akun X QudsNen pada 27 Agustus 2024, karena lukanya ini, Saif sampai kesulitan bernapas. Saif sampai 19 kali dibawa ke rumah sakit, dan harus melakukan operasi yang kompleks di luar Gaza. Sebelumnya ia sudah menderita masalah jantung. Biasanya ia dirujuk ke Tel Shomer di wilayah yang terjajah. Kemudian, ia mengalami komplikasi di tenggorokannya yang mengakibatkan trakeostomi yang memaksanya untuk bernapas dari lubang di tenggorokannya. Akibat menghirup debu, Seif mengalami masalah kesehatan yang berbahaya seperti pneumonia, muntah-muntah terus-menerus dan mual.
Listrik tidak mendukung untuk peralatan kesehatan yang digunakan untuk Saif. Alat yang ada pada sekitar leher pun tidak tersedia di Gaza. Karena gerbang Rafah ditutup, tidak ada akses bagi Saif untuk mendapatkan perawatan yang layak. Kesehatan Saif pun semakin menurun.
Anak Palestina Saif Abu Sita mengalami cedera tenggorokan parah dan kesehatannya semakin memburuk karena kekurangan sumber daya medis di rumah sakit Gaza yang sudah menipis. Meskipun ia dijadwalkan menjalani perawatan di luar negeri, pendudukan Israel dan blokade semua penyeberangan telah mencegahnya melakukan perjalanan yang menjadi sandaran hidupnya.
Anak Gaza Menderita Penyakit Polio
Dikutip dari Middle East Monitor, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi pada 16 Agustus 2024 bahwa kasus pertama penyakit polio di Gaza muncul setelah 25 tahun. Polio menyerang seorang bayi berusia 10 bulan di Kota Deir Al Balah. Virus polio terdeteksi di saluran pembuangan air di Gaza pada akhir Juli lalu, dan Israel segera mengambil tindakan untuk memvaksinasi pasukannya. Namun tidak ada kampanye serupa yang diizinkan untuk warga Palestina di daerah kantong tersebut.
Menurut theconversation.com, lingkungan di Gaza juga telah menyediakan lingkungan yang ideal bagi virus untuk berkembang dan menyebar, karena kondisi yang tidak higienis yang disebabkan oleh sedikitnya akses ke air bersih dan sanitasi.
Saat ini, menurut laporan situs Anadolu Agency pada 11 September 2024, Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa 527.776 anak di bawah usia 10 tahun telah menerima dosis pertama vaksin polio di daerah kantong Palestina.
Pada Agustus, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata kemanusiaan selama tujuh hari untuk memungkinkan vaksinasi terhadap 640.000 anak di Gaza.
Serangan Israel kepada Gaza Palestina masih terus berlangsung sejak Oktober 2023 lalu. Lebih dari 41.000 orang, mayoritas wanita dan anak-anak telah terbunuh. Lebih dari 95.000 meninggal dunia, menurut data dari otoritas kesehatan lokal, dikutip dari Middle East Monitor. Kondisi anak-anak di Gaza yang semakin mengkhawatirkan ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Tetap serukan kebebasan untuk Palestina, dan kecam terus Israel agar segera menghentikan serangannya.