Warga Palestina Gaza menderita wabah penyakit kulit parah di Gaza yang parah akibat genosida Israel, yang menyerang sejak Oktober 2023. Mayoritas penderita adalah anak-anak, menurut keterangan tempat kesehatan lokal, yang dilansir dari Middle East Monitor.
Dalam video yang viral di media sosial, terlihat anak-anak Gaza memenuhi klinik kulit di Rumah Sakit Nasser. Seorang balita menangis, lalu ibunya memperlihatkan kondisi wajah, tangan, dan dada anak itu penuh dengan bercak berwarna merah dan putih. Adapun seorang ibu menunjukkan kondisi anak laki-lakinya penuh dengan luka-luka gatal yang sakit jika digaruk.
Kebersihan Lingkungan di Gaza sangat Buruk, Memperparah Kondisi di Gaza
Israel terus menerus menyerang Gaza, menyebabkan warga Gaza menderita kerugian parah, baik itu kehilangan nyawa, menderita luka-luka akibat bom, kehilangan rumah-rumah sehingga harus mengungsi di tenda pengungsian. Warga Gaza pun mengalami kelaparan dan krisis air bersih. Rupanya tak hanya itu efek yang terjadi pada keberlangsungan hidup warga Palestina. Akibat genosida, banyak anak-anak Palestina yang terkena infeksi kulit.
Hidup berdesak-desakan di tenda pengungsian, suhu yang sangat panas, kekurangan air bersih, dan juga kekurangan nutrisi tubuh membuat situasi menjadi lebih parah, menurut media Eye On Palestine. Para pengungsi memburuk kesehatannya, seperti terkena penyakit kulit, akibat polusi lingkungan dengan sanitasi yang buruk. AP news menyebutkan, buruknya kondisi sanitasi menyebabkan munculnya kolam yang penuh dengan limbah, selama genosida berlangsung 10 bulan ini.
Dengan tinggal di tenda yang terbuat dari kayu, lalu digantungkan dengan selimut atau lembaran plastik,dengan kondisi yang berdempetan, tidak mungkin untuk hidup dengan bersih. Warga Palestina mengaku bahwa di sana tidak ada sampo maupun sabun.
“Airnya kotor, semuanya pasir, serangga, dan sampah,” kata Munira al-Nahhal yang tinggal di sebuah tenda di bukit pasir di luar kota Khan Younis di bagian selatan.
Tenda keluarganya penuh sesak dengan cucu-cucunya, yang sebagian besar mengalami ruam. Seorang anak laki-laki berdiri sambil menggaruk-garuk bercak merah di perutnya.
“Satu anak terkena, dan itu menyebar ke mereka semua,” kata al-Nahhal.
AP melaporkan, beberapa orang memandikan anak-anak mereka dengan air garam dari Laut Tengah di dekatnya. Orang-orang harus mengenakan pakaian yang sama dari hari ke hari hingga mereka bisa mencucinya, lalu segera memakainya lagi. Lalat ada di mana-mana. Anak-anak bermain di pasir yang dipenuhi sampah.
“Pertama-tama, ada bintik-bintik di wajahnya. Kemudian menyebar ke perut dan lengannya, ke seluruh dahinya. Dan itu menyakitkan. Gatal. Dan tidak ada pengobatan. Atau jika ada, kami tidak mampu membelinya,” kata Shaima Marshoud, duduk di samping putrinya yang masih kecil di sebuah bangunan dari batako yang mereka tempati di antara tenda-tenda pengungsian.
Kasus Penyakit Menular di Gaza
Para dokter bergulat dengan lebih dari 103.000 kasus kutu dan kudis juga 65.000 kasus ruam di kulit yang menyerang warga Palestina akibat ulah penjajah bengis Israel ini, menurut data dari WHO.
Dr. Hussam Abu Safiya, direktur rumah sakit Kamal Adwan di Gaza memperingatkan bahwa beberapa kasus telah berkembang menjadi bakteri yang masuk ke darah, menyebabkan racun dalam darah dan sepsis, yang bisa menyebabkan kematian.
Menurut Nassim Basala, seorang dokter kulit di Rumah Sakit Nasser, rumah sakit menerima 300 hingga 500 orang per hari yang datang dengan penyakit kulit. Setelah seruan evakuasi terbaru dari Israel, lebih banyak orang memadati ladang-ladang pertanian di luar kota Khan Younis, di mana serangga-serangga merajalela di musim panas. Kudis dan kutu berada pada tingkat epidemi, katanya, tetapi infeksi jamur, bakteri dan virus serta parasit lainnya juga merajalela. Dengan membanjirnya pasien, bahkan kasus-kasus sederhana pun bisa menjadi berbahaya.
Impetigo adalah contohnya. Impetigo adalah infeksi bakteri sederhana yang dapat diobati dengan krim. Namun terkadang pada saat pasien datang ke dokter, “bakteri telah menyebar dan mempengaruhi ginjal,” katanya. “Kami telah memiliki kasus gagal ginjal” sebagai akibatnya. Ruam yang tergores akan terinfeksi oleh kotoran yang menyebar.
Tak hanya itu, polio pun mengancam warga Gaza. Middle East Monitor melaporkan bahwa Kementerian Kesehatan di Gaza telah memperingatkan risiko penyebaran polio di seluruh wilayah tersebut karena memburuknya sistem pembuangan limbah. Dikatakan bahwa meningkatnya jumlah pengungsi dan kepadatan di tenda-tenda tanpa air bersih di mana limbah mengalir dan di mana limbah ditumpuk, dan tanpa persediaan kebersihan pribadi, membuat kondisi tersebut kondusif untuk penyebaran polio.
WHO dilaporkan telah mengirimkan lebih dari satu juta vaksin polio ke Gaza setelah virus tersebut terdeteksi dalam sampel air limbah.
Keadaan ini Tidak Bisa Dibiarkan
Keadaan ini menambah daftar hitam kekejian Israel kepada Palestina. Banyak nyawa yang terancam akibat penyakit menular. Israel menyakiti Palestina dalam segala aspek. Kasus-kasus kejahatan yang dilakukan Israel ini tidak dapat dibiarkan. Kita sebagai sesama manusia, sudah seharusnya terus mendukung Palestina. Berikan donasi terbaik untuk membantu kelayakan kehidupan Palestina bangkit lagi. Terus boikot Israel untuk melemahkan kekuasaan penjajahan bengis mereka.