Tidak heran jika
saat ini banyak orang yang membahas tentang menghidupkan inisiatif Arab kunci
dari perdamaian Palestina dan Israel. Pasalnya, memang bukan rahasia umum lagi
bahwa Arab adalah salah satu bagian dari Timur Tengah yang memegang penuh
antara dua negara konflik ini.
Konflik menahun
antara Palestina dan Israel pada dasarnya memang tidak sesederhana yang
orang-orang pikirkan. Bukan hanya masalah RAS atau saling caplok tempat tinggal
saja, ikutnya pihak-pihak lain dalam konflik ini membuat semuanya menjadi
semakin rumit.
Tekanan terbesar
tentu kini berada di pundak Palestina. Bukan hanya terus digempur oleh Israel
mereka juga saat ini tengah was-was dan harus berupaya dalam menghidupkan
inisiatif tersebut dari kemerdekaan mereka.
Menghidupkan Inisiatif Arab kunci dan Hilangnya Dukungan Arab bagi
Palestina
Berdiri paling
depan dalam mendukung kemerdekaan Palestina, perubahan besar dari Arab kini
hadir bak bom waktu yang dapat meledak kapan saja. Awalnya, semua negara di
Timur Tengah memang sepakat melabeli Israel sebagai Zionis.
Namun, lambat laun
kini perubahan sikap Arab seolah mengikuti perubahan angin yang ada. Arab
perlahan-lahan kini mulai memalingkan mata mereka dari Palestina dan mulai
melirik Israel. Sehingga perlu adanya usaha menghidupkan inisiatif tersebut
dalam upaya kemerdekaan Palestina.
Awal mulanya,
keputusan pimpinan Palestina kala itu, Yasser Arafat untuk mendukung pimpinan
Iraq, Saddam Hussein dalam kegiatan invasi Kuwait membuat negara Arab mulai
sentimen dengan Palestina. Langkah Palestina saat itu bahkan mendapat kutukan
keras yang menyebut bahwa mereka telah melakukan pengkhianatan yang luar biasa.
Kini, sentimen
Arab pada Palestina bahkan semakin deras terasa. Mantan Dubes Washington, Pangeran
Bandar bin Al-Saud, beberapa waktu yang lalu mengecam keras kengototan
Palestina seputar intervensi mereka dalam menghentikan kerja sama Arab dan
Timur Tengah dengan Israel.
Rencana Pengkhianatan Arab atas Palestina Bukan Isapan Jempol Semata
Menjadi negara
yang paling gencar memperjuangkan kemerdekaan Palestina, Arab rupanya juga
punya sejarah panjang dalam memperbaiki hubungan dengan Israel. Masalah
perdamaian yang selalu dibahas dalam KTT tahun 2002 kabarnya didukung bulat
oleh Liga Arab.
Arab mengaku bakal
membuka selebar-lebarnya uluran tangan mereka pada Israel, namun juga tetap
dengan sebuah syarat. Syarat tersebut yakni mengangkat seluruh militer mereka
pada daerah Tepi Barat dan Jalur Gaza hingga daerah lain, namun juga memberikan
Yerusalem Timur sebagai ibukota Israel.
Rencana tersebut
jelas langsung mendapat persetujuan dari dunia internasional, namun jelang
pengumuman KTT itu, Hamas melakukan tindakan pengeboman di sebuah hotel di
Israel yang akhirnya membuat kabar tersebut batal diumumkan.
Hingga saat ini
terhitung Uni Emirat Arab, Bahrain, Yordania, dan Mesir sudah membuka diplomasi
penuh terhadap Israel. Tentu bukan tidak mungkin negara Arab lainnya akan
segera menyusul.
Urgensi Dukungan Arab untuk Palestina
Sebagai negara
yang membutuhkan upaya menghidupkan inisiatif Arab kunci dalam mengejar
kemerdekaan mereka kembali, Palestina memang wajib melakukan hal itu. Pasalnya,
Palestina memang sangat membutuhkan dukungan Arab secara kontinyu.
Pada awalnya,
negara-negara teluk adalah sahabat sejati Palestina yang mendukung
kemerdekaannya atas dasar rasa saling tenggang rasa. Dukungan baik moral,
spiritual, hingga fisik terus berdatangan untuk Palestina dari
sahabat-sahabatnya ini.
Dari situlah juga
mulai muncul ketergantungan Palestina dengan negara-negara Arab. Hal yang
justru kini tidak kita duga telah membuat mereka terancam masalah yang lainnya.
Pasalnya, tentu
sebagai negara yang belum bisa melakukannya segala hal sendiri, menghidupkan
inisiatif Arab kunci kemerdekaan mereka menjadi penting saat ini.