Para murabitat di samping ditempatkan untuk mempertahankan Al-Aqsa. Mereka juga mengedukasi masyarakat tentang memasuki Gerbang Hittah, yang merupakan salah satu pintu dan urat nadi masjid.
Kisah lainnya diungkapkan, Hanadi al-Halawani, yang juga ibu dari lima anak.
“Saya diusir beberapa kali, dan hari ini nama saya masuk dalam daftar hitam mereka yang dilarang memasuki Al-Aqsa hingga pemberitahuan lebih lanjut. Saya telah menerima sepuluh keputusan untuk dideportasi baik dari Al-Aqsa atau dari Kota Tua,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa wanita yang ditempatkan di gerbang Al-Aqsa berasal dari Yerusalem dan sekitarnya, dan dari pedalaman Palestina dari utara ke selatan.
Al-Halawani menekankan bahwa perempuan dan laki-laki Al-Aqsa telah mengajarkan kepada seluruh dunia pelajaran dalam ketabahan, solidaritas sosial dan cita-cita.
“Kami selalu siap setiap saat untuk membentuk garis pertahanan Masjid Al-Aqsa. Kami hadir harian ke Al-Aqsa sejak dini hari, untuk mengatakan kepada mereka yang mengganggu bahwa kami adalah pemilik sah tempat dan kami memiliki hak untuk itu,” lanjutnya.
Ia menceritakan bagaimana dirinya dipukuli seperti laki-laki, oleh pasukan keamanan Israel. Dirinya dan sahabat-sahabatnya juga acapkali dihina dan dilecehkan secara verbal. Seperti tindakan pasukan Israel dengan membuka cadar kami di banyak orang
Intelijen pendudukan juga mengejar saya dan rekan-rekan murabitat perempuan hingga ke jalan-jalan Yerusalem, dan mereka menyerang kami.
“Satu-satunya senjata kami di Al-Aqsa adalah meninggikan firman kalimatullah dan Al-Quran. Kami tidak memiliki kekuatan material, tetapi kekuatan keimanan pada hak kami atas Al-Aqsa,” ujarnya dengn penuh ketegaran dan keharuan.
“Kami menganggap diri kami adalah juru bicara Al-Aqsa, dan pesannya adalah kemanapun kami pergi, kami adalah gambaran Al-Aqsa,” imbuhnya.
Halawani dan sahabat-shabatnya bekerja untuk menyebarkan pesan Al-Aqsa melalui akun pribadinya di situs Facebook, berita tentang kondisi terkini Masjid Al-Aqsa, orang-orangnya, dan apa yang terjadi di alun-alun dan di gerbangnya.
Sungguh, para wanita Yerusalem dan Palestina telah membuat banyak pengorbanan sejak zaman kuno, dan dalam beberapa tahun terakhir mereka telah menjadi garis pertahanan pertama untuk Masjid Al-Aqsa, dan paling tidak mampu menghambat proyek Yahudisasi di Al-Aqsa.
Itulah peran para Murabitat dalam membela Masjid Al-Aqsa. Mereka hadir dan bergabung di sekitar gerbang masuk, dan siap ditangkap.
Mereka melakukannya sebagai bagian dari ibadah jihad, bukan karena pekerjaan, organisasi, proyek, atau institusi. Tak ada satupun yang sanggup menghadang mereka.
Sumber: minanews.net