Damai Aqsha – Jika selama ini, penjajah Israel berlindung di balik narasi memberantas teroris atau menyalahkan “teroris” tersebut menggunakan “human shield”, hebatnya kini, mereka dengan bangga memamerkan perilaku menjijikan mereka dengan LIVE di media sosial. Tak hanya itu, bahkan mereka mengumumkan rencananya yang akan membantai setengah dari total populasi di Gaza.
Meski jelas-jelas melakukan pembantaian, tanpa malu, penjajah Israel selalu menempatkan diri mereka sebagai “pahlawan” dengan mengatakan pada korbannya, “Kalian telah digunakan oleh mereka (tentara pejuang) sebagai tameng manusia”. Salah satunya, sebagaimana yang pemimpin para penjajah, Netanyahu sesaat setelah melemparkan bom ke tengah-tengah kawasan sipil di Lebanon.
“Saya punya pesan untuk rakyat Lebanon. Israel tidak berperang dengan Anda tetapi dengan Hizbullah, yang telah terlalu lama menggunakan Anda sebagai tameng manusia. Dia telah menempatkan roket di ruang keluarga dan garasi Anda. Untuk melindungi rakyat kami, kita harus menghilangkan senjata-senjata ini,” katanya, sebagaimana dikutip oleh Radar Armenia.
Padahal, serangan penjajah Israel pada 23 September 2024 lalu itu membunuh 274 orang, termasuk 21 anak-anak.
Narasi “warga sipil sebagai tameng manusia para teroris” itu selalu diulang-ulang oleh para penjajah. Padahal, apapun alasannya, menyerang kawasan sipil, apalagi padat dengan perempuan, anak-anak, dan orang tua merupakan kejahatan perang. Namun, belakangan, terungkap jika apa yang mereka lakukan di Gaza memang benar-benar genosida atau penghapusan etnis Palestina. Hal itu terungkap melalui lisan Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich. Ia mengatakan, pihaknya memang berencana membantai setengah populasi di Jalur Gaza, Palestina dalam kurun waktu dua tahun.
Mengutip statista, total penduduk yang menempati wilayah 365 km2 tersebut mencapai 2,23 juta orang. Dengan jumlah tersebut, menjadikan Gaza merupakan salah satu kota terpadat di dunia. Hal itu bisa terjadi lantaran mereka mengungsi dari berbagai wilayah di Palestina sehingga berkumpul di Gaza, selain di Tepi Barat tentunya. Sedangkan kini, dengan total bom yang mencapai 85.000 ton bom yang sudah dilontarkan oleh penjajah Israel, mereka sudah membunuh 44.211 manusia, dengan mayoritas anak-anak dan perempuan. Jumlah tersebut melampaui total peledak yang dihabiskan selama Perang Dunia II.
Bangga Melakukan Genosida
“Kita tidak perlu takut dengan kata ini (pendudukan). Adalah hal yang memungkinkan untuk menciptakan situasi di mana populasi Gaza akan berkurang setengah dalam waktu dua tahun,” ucap dia, seperti dikutip Middle East Eye (MEE).
Pernyataan terus terang tersebut, bukan pertama kalinya ia lontarkan. Menteri Keuangan tersebut memang getol menyerukan agar kawanannya merebut wilayah-wilayah di Palestina.
“Untuk membawa kembali mereka yang diculik (sandera Israel di Gaza), kita harus menduduki Gaza utara sepenuhnya dan memberi tahu Hamas bahwa jika mereka tidak mengembalikan para sandera, kita akan tinggal di sana selamanya. Dengan demikian, Gaza akan kehilangan sepertiga wilayahnya,” kata Smotrich pada 18 November, seperti dikutip Anadolu Agency, sebagaimana dikutip oleh CNN Indonesia.
Demi mewujudkan rencana mereka, para penjajah Israel ini tak segan melakukan perilaku-perilaku menjijikan lainnya. Mulai dari menjarah sekitar 109 truk yang mengangkut bantuan kemanusiaan, mematikan listrik, memutus aliran air. Yang mereka biarkan masuk ke Gaza hanyalah makanan dan susu yang telah mereka racuni. Mereka yang merampok bantuan kemanusiaan tersebut tentunya di-back up oleh tentara penjajah Israel. Kondisi tersebut memperparah kondisi penjara Gaza. Bahkan, lebih parah dari kondisi penjara manapun, di mana orang-orang yang dipenjara merupakan orang-orang yang tidak bersalah, sementara yang memenjarakan adalah penjahatnya.
Perilaku tersebut jelas-jelas melanggar Konvensi Jenewa IV 1949 dan Hague Regulations 1907. Berdasarkan aturan tersebut, Israel, sebagai negara penjajah, mestinya tetap memastikan kebutuhan dasar warga sipil.
Sebagaimana dirangkum oleh Al-Jazeera.com, tak hanya itu, bahkan para tentara penjajah, dengan terang-terangan menyebarkan video saat mereka melakukan semua perilaku menjijikannya. Tak jarang, perilaku tersebut diiringi dengan tawa-tawa mengejek. Ada adegan di mana tentara penjajah Israel menggunakan kostum dinosaurus, kemudian memuat peluru artileri ke dalam tank lantas mengiringinya dengan tarian saat peluru ditembakkan ke arah penduduk Gaza. Konon video tersebut dibuat dalam rangka merayakan ulang tahun puterinya. Ada juga video yang isinya membakar persediaan makanan warga Palestina, sementara warga Palestina sedang mengalami kelaparan. Ada juga video yang yang memamerkan warga sipil Palestina yang ditelanjangi dan ditutup matanya.
Menanggapi tersebarnya video-video tersebut, jangankan mereka yang anti penjajahan Israel, mereka yang pro pada Israel pun heran dengan kelakuan tersebut. Salah satunya, penyiar kenamaan asal Inggris, Pierce Morgan. Ia bertanya-tanya di platform X miliknya, yang dulunya Twitter: “Mengapa tentara Israel terus merekam diri mereka sendiri saat melakukan hal yang kasar dan tidak berperasaan seperti ini? Mengapa komandan mereka tidak menghentikan mereka? Membuat mereka tampak tidak berperasaan ketika begitu banyak anak-anak di Gaza terbunuh.” Bagi Morgan, tampaknya, masalahnya bukanlah apa yang dilakukan tentara tersebut, melainkan mereka merekam diri mereka sendiri saat melakukannya.
Namun, jika merujuk pada suci mereka, yakni Talmud, kita akan sadar bahwa perilaku mereka itu berdasar pada keyakinan mereka yang memang mendorong pada perilaku rasis, chauvinistis, theokratis, konservatif, dan sangat dogmatis. Padahal, kitab suci mereka yang benar adalah Taurat. Para pendeta mereka, yakni pendeta Paris, mengajarkan doktrin bahwa fatwa yang berasal dari para rabbi (pendeta), lebih tinggi kedudukannya daripada wahyu yang datang dari tuhan.
Beberapa isi ajaran Talmud yang tercermin pada perilaku penjajah Israel, sebaimana dirangkup pada alhikmah.ac.id, adalah,
- Dibenarkan menipu orang yang bukan Yahud sebagaimana
Sanhedrin 57a, “Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah pada orang kafir yang bekerja baginya. - Orang Yahudi Mempunyai Kedudukan Hukum yang Lebih Tinggi.
Baba Kamma 37b, “Jika lembu seorang Yahudi melukai lembu kepunyaan orang Kanaan, tidak perlu ada ganti rugi; tetapi ,jika lembu orang Kanaan sampai melukai lembu kepunyaan orang Yahudi maka orang itu harus membayar ganti rugi sepenuh-penuhnya”. - Orang Yahudi Boleh Mencuri Barang Milik Bukan-Yahudi
Baba Mezia 24a, “Jika seorang Yahudi menemukan barang hilang milik orang kafir, ia tidak wajib mengembalikan kepada pemiliknya”. (Ayat ini ditegaskan kembali di dalam Baba Kamma 113b),
Sanhedrin 57a, “Tuhan tidak akan mengampuni seorang Yahudi ‘yang mengawinkan anak-perempuannya kepada seorang tua, atau memungut menantu bagi anak-lakinya yang masih bayi, atau mengembalikan barang hilang milik orang Cuthea (kafir)’ …”. - Orang Yahudi Boleh Merampok atau Membunuh Orang Non-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Jika seorang Yahudi membunuh seorang Cuthea (kafir), tidak ada hukuman mati, Apa yang sudah dicuri oleh seorang Yahudi boleh dimilikinya”.
Baba Kamma 37b, “Kaum kafir ada di luar perlindungan hukum, dan Tuhan membukakan uang mereka kepada Bani Israel”. - Orang Yahudi Boleh Berdusta kepada Orang Non-Yahudi
Baba Kamma 113a, “Orang Yahudi diperbolehkan berdusta untuk menipu orang kafir”. - Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di bawah Derajat Manusia
Yebamoth 98a, “Semua anak keturunan orang kafir tergolong sama dengan binatang”.
Abodah Zarah 36b, “Anak-perempuan orang kafir sama dengan ‘niddah’ (najis) sejak lahir”.
Abodah Zarah 22a – 22b, “Orang kafir lebih senang berhubungan seks dengan lembu”.
Melihat latar belakang ajaran yang menjadi cara pandang, prinsip hidup personal hingga bernegara, pun soal hukum, wajar jika mereka berperilaku seperti itu. Hanya, ajaran-ajaran tersebut sejatinya ajaran sesat dan tidak relevan dengan nilai-nilai universal kemanusiaan. Semua hukum tersebut hanyalah pembenaran atas kebijakan politik-ekonomi, yang bisa diorder sesuai dengan rezim yang berkuasa. Melihat latar belakang keyakinannya, kita dapat menyimpulkan bahwa ungkapan-ungkapan yang dilontarkan oleh Netanyahu itu kebohongan. Yang jujur, justru ungkapan Menteri Keuangannya. Yang itu berarti, masih akan ada pembantaian besar-besaran ke depannya. Hasbunallahu wa ni’mal wakiil.