Dengan adanya genosida yang terjadi di Gaza sejak bulan Oktober 2024, publik sedunia terketuk emosi dan hati nuraninya, melihat video dan foto-foto dan video-video yang beredar di internet. Berbanding terbalik dengan Israel yang keji, bengis, serakah, dan tak manusiawi, publik dibuat tersentuh oleh rasa kemanusiaan dan persaudaraan yang tinggi dari orang-orang Palestina.
Kebaikan hati mereka tidaklah bisa terukur dengan standar kebaikan hati manusia biasa. Di tengah penderitaan, mereka hidup saling menolong, mereka masih sempat memikirkan saudaranya dibandingkan dengan dirinya sendiri.
Orang-Orang Palestina Tetap Memuliakan Tamu
Dokter Yipeng Ge asal Kanada, sempat melawat ke Rafah, Gaza pada Februari 2024 untuk membawakan obat-obat dan persediaan yang dibutuhkan di pusat kesehatan dan membantu pekerjaan medis di sana. Ia bertemu langsung dengan orang-orang Gaza dan membawa pulang pengalaman yang luar biasa. Ia sangat terkesan dengan penduduk Gaza yang memberinya makanan. Padahal, penduduk Gaza-lah yang sedang dalam keadaan dikepung oleh penjajahan dan genosida dari Israel.
“Di malam yang pertama saya tiba di sana, mereka menawarkan saya makanan hangat setelah bepergian memasuki Gaza. Saya menangis tak karuan selama 10-15 menit. Saya akan mengingat makanan yang kami makan bersama dalam kondisi seperti ini sepanjang hidup saya,” tulis Yipeng Ge dalam unggahannya di X (Twitter).
Yepang Ge bersama Anak-Anak Gaza (X: @ YipengGe )
Orang-Orang Palestina Saling Membantu Korban Genosida
Israel mengebom rumah-rumah dan berbagai bangunan hingga hancur. Banyak korban termasuk anak-anak tertimbun dalam beton-beton yang sangat berat. Laki-laki di sana, meskipun juga mengalami masa yang berat, dengan sigap membantu mengangkat beton-beton berat dan membawa jenazah keluar.
Mereka juga saling menguatkan ketika ada yang berduka ditinggal pergi oleh keluarga tercinta. Dalam sebuah video yang diunggah oleh akun X QudsNen, ada seorang relawan laki-laki yang memberi minum seorang anak yang menjadi satu-satunya korban selamat atas pengeboman Israel. Anak itu menangis sedih setelah Israel menghancurkan rumahnya.dan membunuh keluarganya. Laki-laki itu menemani dan menghibur anak yang menangis di bahunya.
Seorang laki-laki menggendong anak yang terluka, Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, Gaza (Mahmud Hams / AFP – Getty Images)
Ibu-Ibu Menyediakan Makanan untuk Keluarga
Dari unggahan sosial media jurnalis Bisan, seorang ibu di pengungsian sibuk membuat donat yang dipanggang dengan peralatan seadanya untuk menghibur dirinya agar tidak bersedih dengan keadaan kalut di tengah genosida. Wanita tersebut mengaku, dengan sibuk bekerja, ia akan lelah dan tertidur, hingga tidak sempat memikirkan kesedihannya. Anak-anak dibuatkannya donat dan puding agar mereka juga senang.
Ada pula videonya diunggah oleh akun X MiddleEastEye, seorang ibu bernama Umm Shadi Abu Al-Tarabish sibuk memasak hidangan.Sambil memasak ia berkata, ia berharap bisa membuatnya ketika sudah kembali ke Gaza Utara, bertemu kembali dengan sanak saudara dan keluarga yang mereka tidak saling tahu kabarnya. Wanita itu juga membuat papan agar ia bisa menguleni adonan roti. Ia berkata bahwa mereka tidak akan menyerah.
“Kami baik-baik saja, syukur kepada Allah. Jika Allah berkehendak, kami akan baik-baik saja,” kata Shadi sambi memasak.
Seorang wanita memasak di reruntuhan masjid, di tengah keterbatasan persedian makanan dan bahan bakar, di Khan Younis (Ibraheem Abu Mustafa/Reuters)
Relawan Kesehatan Sigap Membantu di Kala Sama-Sama Terjepit oleh Penjajahan Israel
Dokter Yipeng Ge mengunggah dalam postingan X: “Para tenaga kesehatan Palestina yang adalah pahlawan saya. Mereka menunjukkan standar, moral, dan etika tertinggi dalam panggilan profesi kedokteran dan perawatan kesehatan. Saya merasa berterima kasih menyebut mereka sebagai kolega dan teman saya,”
Website reliefweb melaporkan ada relawan sekeluarga yang membaktikan dirinya sebagai tenaga kesehatan di Bulan Sabit Merah Jabalia. Youssef Khader Alamy bersama ibunya yang merupakan seorang bidan, serta dua saudara laki-lakinya yang merupakan perawat. Tiap harinya Youssef dan saudara-saudaranya berjalan sejauh dua kilometer secara bolak-balik menuju pusat kesehatan tempat mereka bekerja. Alamy bertugas untuk mendokumentasikan kegiatan dan melaporkan kepada publik melalui internet. Untuk mendapatkan sinyal internet, Alamy harus berjalan kaki sejauh 1 kilometer lagi di tempat yang lebih tinggi. Saat bulan Ramadhan pun dalam keadaan berpuasa, di tengah genosida, ia harus melakukannya. Ia melakukan dengan membawa tugas kemanusiaan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Dokumentasi Relawan Bulat Sabit Merah Palestina Ketika Menolong Pasien
Anak-Anak Kecil Memberi Makan untuk Kucing Meski Mereka Sendiri Juga Lapar
Dalam sebuah unggahan video yang beredar di internet, seorang anak kecil berjaket hijau menyuapkan makanan kepada seekor anak kucing dari gelas kertas. Meskipun ia sendiri tidak tahu kapan akan makan, ia masih memikirkan memberi makan kepada anak kucing. Ada pula sebuah video dari Duaa_Tuaima, beberapa anak mendatangi rumahnya untuk mengecek keadaannya, yang ternyata sudah hancur dibom oleh Israel.
Ketika ditanya, mengapa mereka kembali ke Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, mereka datang untuk memberi makan kucing. Dalam kamera, terlihat sekitar delapan kucing terlantar di pelataran rumah sakit tersebut. Anak-anak dengan penuh perhatian memberikan makanan yang layak untuk kucing-kucing itu. Yang mereka berikan bukan tulang, bukan sisa makanan, melainkan seperti daging yang utuh.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari keluhuran dan ketulusan orang-orang Palestina. Dan tentunya selalu membantu mereka dengan segenap daya yang kita punya.