Konflik Palestina dan Israel terus
berlanjut puluhan tahun lamanya. Krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh
penjajahan Israel tersebut tidak bisa terhentikan oleh kondisi pandemi Covid-19
sekalipun. Penyerangan terus terjadi tak mengenal henti, pencaplokan tanah
sejengkal demi sejengkal seolah menjadi keharusan otoritas israel untuk merebut
dan menguasai wilayah palestina seutuhnya tanpa melihat kondisi kemanusiaan
yang tengah dilanda wabah mematikan pandemi Covid-19.
Sebagai negara terjajah, Palestina
menjadi salah satu negara yang paling terpuruk dalam sektor ekonomi saat
terserang wabah pandemi Covid-19. Selain karena sumber penghasilan masyarakat
palestina, dimana mereka menggantungkan hidup, seperti dengan bekerja di
sejumlah lahan industri, pertanian, dan perkebunan serta sektor kontruksi
lainya yang terimbas lumpuh, kondisi ekonomi masyarakat Palestina juga lebih
tercekik lagi dengan berkurangnya bantuan dari negara-negara donor diakibatkan
pandemi Covid-19.
Bantuan sumbangan dari negara donor
memang terus menyusut seiring dengan perkembangan wabah Covid-19 yang kian
menyita perhatian negara-negara tersebut, sehingga negara donor lebih
memprioritaskan terlebih dahulu untuk untuk membenahi negaranya sendiri dari
ancaraman pandemi dari pada perhatian di selain itu. Kondisi tersebut membuat
Palestina semakin terbatas dalam membangun instrumen ekonomi.
Keadaanya semakin bertambah parah,
ketika Israel melarang ekspor-impor barang-barang ke wilayah Gaza yang
dianggapnya bisa digunakan untuk kepentingan militer kaum muslimin disana.
Tidak lain, kondisi tersebut adalah bentuk dominasi Isreal terhadap sektor
perekonomian negara Palestina.
Mengutip rilis Bank Dunia pada bulan
Juni 2020 yang dilansir Kompas.com, pandemi Covid-19 membuat ekonomi Palestina
terpuruk.
Tahun lalu saja, sebelum dilanda wabah
Covid-19, pertumbuhan ekonomi di negara Palestina hanya 1 persen, lalu pada
tahun 2020, ekonomi Palestina diprediksi akan terkontraksi setidaknya 7,6
persen. Bahkan menurut laporan Bank Dunia, sebelum datangnya wabah Covid-19 ,
lebih dari seperempat warga palestina hidup berada di bawah garis kemiskinan.
Paska pandemi, jumlah warga miskin
diperkirakan meningkat tajam, antara lain sebesar 30 persen di tepi barat dan
64 persen di wilayah jalur Gaza.
Kondisi yang lebih mencolok adalah
tingkat pengangguran kaum muda Palestina yang berda di level 38 persen. Angka
pengangguran ini sangat menghatirkan, jauh dari rata-rata negara kawasan Timur
Tengah dan Afrika Utara.
Sementara itu, penyerangan dan blokade
tentaea Israel semakin intensif terhadap masyarakat sipil Palestina. Betapa
kita sulit bagaimana merasakan penderitaan saudara kita disana. Pandemi
covid-19 tidak hanya menghantui setiap jiwa yang mampu bertahan hidup,
melainkan juga mencekik sektor perekonomian yang kian hari kian menghawatirkan.