Damai Aqsha – Pernahkah Anda mendengar bom yang menimbulkan getaran setara gempa 3 Skala Richter (SR)? Kalau belum, kami pun baru mendengarnya kali ini. Nyatanya, Israel berani melancarkan bom berdaya ledak sebesar itu tanpa “terdengar” oleh kita. Seberapa besar keikhlasan masyarakat Syam? Di sisi lain, dari peristiwa tersebut, kita menemukan realita tingkat kemuliaan masyarakat Syam di mata Allah Swt.
Getaran tersebut terdeteksi oleh sensor seismik (gempa bumi) pada 15 Desember 2024 lalu setelah dijatuhkannya bom di wilayah pesisir Tartus, Suriah. Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, serangan berat tersebut menargetkan pangkalan militer milik rezim Assad yang saat ini dikuasai oleh pasukan kemerdekaan. Dikatakan oleh Republik Merdeka, serangan tersebut merupakan serangan besar pertama Israel dalam satu dekade terakhir.
“Pesawat tempur Israel melancarkan serangan yang menargetkan serangkaian lokasi, termasuk unit pertahanan udara dan depot rudal permukaan-ke-permukaan yang dibuat pada masa rezim Assad di Tartus,” ungkap laporan tersebut, sebagaimana dimuat Daily Mail.
Saking besarnya ledakan tersebut, sampai-sampai terdeteksi pada sensor seismik (gempa bumi) dan terukur 3,0 SR. Dalam video yang beredar di media sosial, kita dapat melihat kilatan cahaya yang sangat terang, kemudian diikuti beberapa ledakan yang menimbulkan awan asap berbentuk jamur sangat besar ke udara. Jika benar 3 SR, artinya energi yang dilepaskan bisa belasan ribu kali lipat energi yang dilepaskan bom atom di atas langit Hiroshima, sangat cukup untuk menghancurkan beberapa kota, bahkan satu provinsi di pulau Jawa.
Lain di Suriah, lain lagi di Gaza. Setelah sebelumnya kita mendengar bom dengan bilah berbentuk pisau, kini kita mendengar penggunaan bom yang dapat menguapkan dan melelehkan tubuh manusia. Bom dengan bilah pisau tersebut merupakan salah satu jenis peluru kendali (rudal) R9X Hellfire, sebagaimana dikutip oleh Tempo. Pada akhir tahun 2023, rudal tersebut ditembakkan ke halaman Rumah Sakit Al Shifa, di mana ribuan warga Gaza mengungsi di sana. Bom tersebut memang tidak meledak, namun efektif melukai bahkan memotong bagian tubuh korban.
Di waktu yang sama, Israel juga pernah menggunakan bom Joint Direct Attack Munitions (JDAM) buatan Amerika, sebagaimana dikutip oleh Republika. Penyelidik senjata di nesty Internasional, Brian Castner mengatkaan bom JDAM merupakan bom penghancur bunker dengan berat 450 kilogram dan 900 kilogram) dan dapat dipandu secara presisi. Kata mantan pejabat pertahanan Pentagon dan penyelidik kejahatan perang di PBB, Marc Garlasco, bom tersebut berkemampuan mengubah bumi menjadi layaknya benda cair, “Bangunan yang terkena ledakan bom tersebut akan melunak layaknya panekuk.”
Jika satu area terkena bom seberat 900 kg tersebut, artinya kematian instan bagi mereka yang berada pada jarak 30 meter di sekitarnya. Bahkan, pecahan bom tersebut dapat terlempar sejauh 365 meter jauhnya. Pada 30 Oktober 2023 lalu, bom tersebut mengakibatkan terbunuhnya 100 warga sipil di kamp pengungsian Jabaliya.
Yang terbaru, pada Desember 2024 lalu, ditemukan jenis bom yang dapat menguapkan tubuh manusia. Di media sosial, kita dapat melihat tubuh yang menjadi korban mengeluarkan semacam uap berwarna putih dari tubuhnya. Kepala OCHA (Badan Kemanusiaan) cabang Gaza, Georgios Petropoulos memberikan kesaksian bagaimana jasad yang terkena bom penjajah Zionis di Al Mawasi pada 4 desember 20204 lalu menghilang begitu saja.
“Mereka menghitung mayatnya, tapi ada orang yang langsung menguap,” kata Petropoulos, sebagaimana dikutip Republika dari surat kabar Israel Haaretz. “Sepuluh atau dua puluh orang yang diketahui berada di dalam tenda telah menghilang begitu saja. “Saya berada di rumah sakit setelah pemboman, tampak seperti rumah jagal, darah dimana-mana.”
Badan verifikasi Al Jazeera, Sanad menyebutkan jika bom tersebut merupakan bom produksi Amerika Serikat bernama MK-84 dengan berat 907 kilogram. Ia menerangkan, dalam satu serangan di Al Mawasi pada September 2024 lalu, sekitar 22 orang dilaporkan hilang begitu saja, diduga terbakar akibat bom tersebut.
Hebatnya, dengan penggunaan bom-bom dengan ledakan sebesar itu, dengan daya hancur pada tubuh sekeji itu, nyatanya belum cukup “keras” terdengar ke seluruh dunia. Dunia tidak sampai tergerak untuk melakukan “serangan balik” pada Israel. Dengan serangan tersebut, masyrakat Syam tetap saja “terhijab” dari dunia. Di sisi lain, kita dapat melihat, betapa Allah Swt. menyayangi masyarakat Syam. Level keimanannya mampu membuat mereka bertahan, harapannya tetap menyala dan ikhlas tanpa perhatian yang memadai dari dunia.
Sudah Sepantasnya
Sebagai orang beriman, kita meyakini bahwa ujian dalam hidup adalah keniscayaan. Bahkan, ujian menjadi indikator sejauh mana Allah Swt. menyayangi hambanya. Artinya, semakin sayang Allah Swt. pada seorang hamba, semakin berat ujian yang diberikan. Karena itu, ujian paling berat ialah yang harus dihadapi oleh para Rasul, dan seutama-utamanya Rasul ialah para Rasul Ulul Azmi. Kriteria yang melekat pada kelima Rasul tersebut ialah level ujian yang mereka hadapi. Soal keniscayaan ujian, dalam Qur’an surat Al Baqarah ayat 214, Allah Swt. berfirman,
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ ٱلْبَأْسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوا۟ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصْرُ ٱللَّهِ ۗ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Kemudian, Rasulullaah Saw. bersabda terkait ujian sebagai bukti cinta Allah Swt.
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
Lantas, siapakah orang yang paling Allah Swt. cintai? Mereka adalah para Rasul, kemudian para Nabi, dan seterusnya.
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad 1:185)
Para Nabi dan Rasul, kecuali Nabi Isa As. kini sudah tiada. Mungkin kita ingin tahu, siapa orang yang paling Allah Swt. cintai. Dengan melihat bagaimana ujian yang menimpa saudara kita di bumi Syam, khususnya Suriah dan Palestina hari ini. Dengan sumber daya yang sangat minim, namun harapan mereka membumbung tinggi berkat imannya pada Allah Swt. Namun, harus menghadapi persenjataan paling canggih. Isyarat keutamannya, dapat kita lihat dengan mensyen Allah Swt. pada surat Al-Isra ayat 1. Allah Swt. berfirman,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari al Masjidil Haram ke al Masjidil Aqshaa`yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Selain dijadikannya bumi Syam sebagai tempat berkumpulnya para Nabi dan Rasul, bumi Syam juga menjadi cahaya bagi umat akhir zaman, di mana fitnah begitu pekat dan menyesakkan dada. Sebagaimana kita lihat hari ini, di mana dunia begitu tersibukkan oleh fitnah dunia, negeri Syam justru memancarkan sinar keimanan bagi kita semua. Hal itu telah tersuratkan dalam nubuwat yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata : Rasulullah bersabda :
إِنِّيْ رَأَيْتُ كَأَنَّ عَمُوْدَ الْكِتَابِ انْتُزِعَ مِنْ تَحْتِ وِسَادَتِيْ, فَأَتْبَعْتُهُ بَصَرِيْ. فَإِذَاهُوَ نُورٌ سَاطِعٌ عُمِدَ إلَى الشَّامِ ألَا وَإنَّ الْإيْمَانَ إذَا وَقَعَتْ الْفِتَنُ بِالشَّامِ
“Sesungguhnya saya melihat seakan-akan tonggak al Kitab telah tercabut dari bawah bantalku. Maka, aku mengikutinya dengan pandanganku. Tiba-tiba terdapat cahaya terang-benderang yang mengarah menuju Syam. Ketahuilah, sesungguhnya iman, apabila telah terjadi beragam fitnah, berada di Syam“. (Shahihut-Targhib wat-Tarhib, no. 3092).
Melihat begitu dahsyatnya dentuman ujian yang menimpa bumi Syam hari ini, dapat kita simpulkan bahwa orang-orang yang ada di dalamnya adalah orang-orang yang paling disayang oleh Allah Swt. Sungguh pantas, terasa dari pancaran imannya yang mengilhami seluruh dunia hari ini, di mana penyakit mental menjangkiti banyak dari masyarakat dunia. Justru, dari balik reruntuhan dan dengan darah para syuhada, kita dapat menemukan pancaran iman yang menyilaukan.