Damai Aqsha – Jika Anda menyaksikan video-video yang tersebar di media sosial, mungkin Anda akan merasa heran. Heran karena di balik tangis mereka, di balik kepedihan mereka karena kehilangan kerabat dan sahabat, mereka bisa segera move on dan kembali tersenyum. Orang tua mereka sudah tiada, namun mereka tak larut dalam kesedihan, mereka bahkan bisa kembali bermain meski di tengah reruntuhan gedung. Bahkan, para siswanya bisa tetap semangat bersekolah, meski tanpa gedung.
Satu ketika, sepulangnya bermain di luar, anak Anda tiba-tiba meminta sepeda pada Anda, “Yah, aku mau sepeda dong kaya temenku itu lho,” Menanggapi permintaan anak Anda, kemudian Anda memberikan dia syarat, “Boleh, tapi kamu harus bantuin ibumu selama tiga puluh hari kedepan ya”. Apakah wajar jika Anda memberlakukan hal semacam itu? Tentu wajar lantaran Anda memiliki kewenangan dan kemampuan. Apalagi Allah Swt. sebagai pencipta, pemilik, sekaligus perawat kita dan alam semesta ini.
Umumnya, saat seseorang mendapati kondisi atau situasi sulit, muncul tiga sikap; pasrah, marah, atau melarikan diri. Mereka yang pasrah, mereka diam, tidak beranjak dari tempatnya, atau tidak mau mencoba upaya lain, mencukupkan diri dengan upaya yang ada sekarang. Kedua, marah, menyalahkan orang lain, termasuk menyalahkan Allah Swt. dia berusaha, namun tidak melibatkan Allah Swt. sama sekali. Yang ketiga, melarikan diri. Merasa tekanan begitu berat, dia melarikan diri dengan cara bersenang-senang, katanya agar melupakan masalah.
Namun, bagi orang beriman, terbuka opsi yang keempat, yakni “berserah”. Inilah yang ideal, yakni berserah pada ketentuan Allah Swt. dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi. Ketika kita memiliki keinginan, misal ingin keluar dari situasi atau kondisi yang Anda rasa sulit, Allah Swt. memberikan “syarat”, yakni sabar dan shalat. Dalam Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 153, Allah Swt. berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
Hai, orang-orang beriman! Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan salat. Sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar.
Ayat ini mengajari kita agar kita tidak marah-marah, tidak menyerah, tidak juga melarikan diri dari masalah, namun justru menghadapinya. Caranya, dengan sabar. Apa itu sabar? Sabar menerima bagaimanapun kondisi yang sedang kita hadapi sebagai ketetapan Allah Swt. kemudian berusaha sekemampuan untuk keluar dari kondisi tersebut. Sedang shalat adalah sarana dari Allah Swt. agar kita mampu meredakan rasa tertekan dalam dada kita.
Sayangnya, sebagian orang yang mengaku penghasilannya pas-pasan, tapi bukannya mendekat pada Pemberi Kelapangan, malah makin jauh dari-Nya? Ketika Anda mengajaknya shalat, dia malah menjawab, “Sok aja duluan, saya masih harus beresin kerjaan nih”. Namun, jangan terburu menyalahkan, bisa jadi, mereka atau bahkan kita belum benar-benar paham, bahwa shalat adalah “sarana” yang Allah Swt. tentukan bagi siapapun yang memiliki keinginan atau hajat, bukan beban.
Betul, ada shalat fardhu yang hukumnya wajib untuk dilaksanakan oleh orang beriman. Namun, sejatinya shalat merupakan sarana bagi setiap hamba untuk meluruhkan segala beban, layaknya curhat pada teman atau sesama. Dengan begitu, tenanglah pikiran kita, tenanglah hati. Bagaimana kita bisa membuat keputusan, bagaimana kita bisa berpikir rasional, jika hati dan pikiran kita “bergolak” ya kan? Shalat merupakan sarana dari Allah Swt. untuk meredakan gelegak tersebut. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qur’an surat, Ar-Ra’du ayat 28,
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.
Shalat juga mengokohkan ikatan dengan Allah Swt. sebagai pemilik dan perawat seluruh alam, jalannya yakni dengan meminta tolong pada-Nya. Bukankah isi dari bacaan shalat merupakan kalimat-kalimat permohonan pada Allah Swt. Tentu selain bentuk penghambaan pada Allah Swt. juga, mengandung permohonan pertolongan, permohonan ditunjuki jalan yang benar, permintaan diberikan rizki dan kemuliaan?
Dalam salah satu rukun shalat, kita diwajibkan membaca surat Al-Fatihah, yang salah satu ayatnya berbunyi,
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ
Tunjukkan kepada kami jalan lurus
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ
yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
Kemudian, dalam duduk di antara dua sujud, kita juga diberikan tuntunan berdo’a,
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاهْدِنِي،وَعَافِنِي، وَارْزُقْنِ
Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah diriku, berilah petunjuk padaku, limpahkanlah kesehatan padaku, dan berilah rezeki padaku
Inilah rahasia ketegaran masyarakat Palestina. Ketika mereka kehilangan, ketika mereka terluka, mereka bersabar. Mereka menerima, apa yang mereka alami sebagai ketetapan Allah Swt. dan kalau sudah ketetapan Allah Swt. pasti baik bagi mereka. Keyakinan itu tercermin dari banyak video yang justru mengucapkan pujian bagi Allah Swt. alias hamdalah setelah mereka kehilangan rumah, setelah mereka mendapatkan serangan dan terluka. Pikiran kita bisa kalut, dan di saat itu, yang dibutuhkan adalah “tempat bergantung”, dan tak ada tempat bergantung sekuat Allah Swt.
Setelah itu, mereka semua berjuang bersama-sama, sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Ada yang berjuang di garis depan dengan kemampuan militernya. Para guru berjuang dengan tetap mengajar anak-anak meski di tenda pengungsian, diikuti oleh para pelajar yang tetap semangat belajar. Kemudian, ada yang segera memperbaiki rumahnya meski ala kadarnya, namun tetap rapi. Ada juga yang berjualan, padahal kondisi ekonomi Palestina jelas terpuruk; artinya daya beli masyarakat Palestina jauh dari memadai.
Kemudian, upaya tersebut juga disertai dengan menjaga shalatnya. Nampaknya, mereka paham apa hakikat shalat, termasuk faedah di baliknya. Anda mungkin pernah melihat, anak-anak yang shalat tahajud sesaat mereka mendapatkan serangan dari Zionis Israel. Kemudian, Anda juga mungkin pernah melihat masyarakat Palestina yang tetap memenuhi lahan masjid mereka yang bangunannya sudah hancur.
Maka, jika Anda merasa kehidupan Anda sulit, shalat-lah sehingga tenang pikiranmu, tenang hatimu. Pada akhirnya, kamu dapat melihat dengan lebih jernih, membantumu menemukan solusi-solusi terbaik. Selain itu, Allah Swt. juga akan memberikan Anda kekuatan untuk menghadapi realitanya.