Konflik Palestina
dan Israel sedang berada dalam sebuah usaha mencapai solusi terbaik. Menteri
Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) berharap kedua negara konflik dapat
menyepakati solusi damai. Hal tersebut harus segera tercapai demi pentingnya
bagi masa depan kawasan.
Konflik Palestina dan Israel
Menteri Luar
Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan mengharapkan
Israel dan juga Palestina bisa bekerja sama dalam mencapai solusi perdamaian
ini. Karena, dengan mencapai perdamaian, akan tercipta kawasan yang memiliki
masa depan lebih baik.
Ia juga mengatakan
jika Timur Tengah sudah memasuki era baru agar lebih aman serta makmur setelah
UEA-Israel menandatangani tentang kesepakatan normalisasi dari Konflik
Palestina dan Israel. Dalam pertemuan dengan Ashkenazi, ia membahas tentang
beberapa ide serta proposal untuk bekerja sama.
Bidang energi dan
juga revolusi industri keempat masuk ke dalam pembahasan. Ia juga berharap UEA
bisa membuka lebih banyak pengetahuan yang baru tentang kerja sama dalam
mencapai peluang ekonomi kawasan.
“Kami akan
melakukan kerja sama dalam memperoleh manfaat dari keahlian kelas dunia dalam
sektor penelitian serta pembangunan. Hal tersebut berguna dalam memenuhi
kebutuhan untuk generasi masa depan dan juga sekarang,” ucapnya.
Upaya Pemulihan Israel-Palestina
Menteri Luar
Negeri Jerman selaku tuan rumah pertemuan, Heiko Maas, menyuarakan dukungan
terhadap pemulihan hubungan di antara kedua negara yang selama ini menjadi
musuh.
Berdasarkan
laporan dari kantor berita UEA, Al-Nahyan, dan WAM mengatakan jika negaranya
pun ikut menegaskan tentang kembalinya dukungan yang penuh terhadap pencarian
solusi konflik Palestina dan Israel tersebut.
Akan tetapi,
Ashkenazi memilih tak ingin terlibat dalam pernyataan dan memilih diam karena
solusi tersebut mendapat tentangan dari pemerintah Israel.
Pada tanggal 15
September 2020 lalu, Sheikh Abdullah bersama dengan Perdana Menteri Israel
Benjamin Netanyahu, kemudian juga ada Menteri Luar Negeri Bahrain pun telah
menandatangani tentang “Abraham Accord” di Gedung Putih, Amerika
Serikat.
Kemudian, Presiden
Donald Trump juga ikut menyaksikan tentang penandatanganan perjanjian damai
yang bersejarah tersebut. Akan tetapi, Palestina mengecam serta mengutuk
tentang kesepakatan normalisasi diplomatik itu. Karena, Palestina memandang hal
tersebut hanya sebagai satu pengkhianatan.
Konflik Tragis Palestina-Israel
Sejak Perang Dunia
berakhir, perjuangan sengit antara Israel dan juga Palestina sudah menjadi
salah satu konflik Palestina dan Israel yang sangat tragis serta tak terselesaikan
di dunia ini. Ini adalah sebuah kekacauan yang sangat rumit.
Akan tetapi, satu
tingkat tersebut adalah hal yang paling sederhana. Konflik itu tentang wilayah
dan sesederhana itu. Setidaknya itu yang dikatakan oleh Dr Gill Merom, pakar
keamanan internasional Universitas Sydney.
Akar konflik juga
sudah dimulai sejak pada zaman Alkitab. Akan tetapi, dari perspektif bidang
sejarah modern, pada akhir 1800-an, serta memasuki awal 1900-an, merupakan
pusat dari situasi yang selama ini terjadi.
Diantara
1882-1948, terdapat serangkaian serangan Aliyah, yakni gerakan yang
besar-besaran dari Yahudi seluruh dunia untuk masuk ke suatu daerah yang
bernama Palestina (nama Palestina diresmikan pada tahun 1917).
Kemudian, tahun
1917, negara tersebut mengeluarkan Deklarasi Balfour, yakni “Pemerintah
Yang Mulia akan mendukung pendirian rumah untuk rakyat Yahudi di tanah
Palestina. Akan melakukan segala upaya terbaik dalam memfasilitasi pencapaian
tujuan ini”.
Masyarakat Palestina
tak menyetujui dan menolak langkah tersebut. Akan tetapi, sejarah tak
menguntungkan bagi mereka serta konflik Palestina dan Israel masih saja
terjadi.