Sebentar lagi hari, kita akan berjumpa dengan Bulan Ramadhan. Bulan yang selalu
mengajarkan banyak arti, memberi kesempatan kita untuk mengambil hikmah dan
menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Saat ini, menyambut bulan suci nan
mulia Ramadhan, kita masih dihadapkan oleh bencana kemanusiaan di Palestina.
Tidak bisa cukup digambarkan dengan gulungan kata-kata, betapa hancurnya
kondisi Palestina saat ini karena genosida yang tak kunjung henti dari
Israel.
Pada sebuah video, suara hati dari seorang anak Palestina memanggil kita semua untuk
menengok ke jendela,melihat kondisi di Palestina sana supaya membantu dengan
segala daya upaya kita agar penderitaan Palestina segera berakhir. Begini
kutipannya:
“Ramadhan akan datang sebentar lagi kepada kamu dan kepada kalian. Semoga kebaikan
menyertai kalian sepanjang tahun. Rumah kalian akan dipenuhi dengan makanan,
sayuran, dan buah-buahan. Kalian akan makan sahur dan berbuka
puasa. Kalian akan kebingungan mau makan apa Shubuh (waktu sahur) dan
malam. Tapi kami sudah lapar bahkan sebelum Ramadhan tibaApakah kalian sedang menunggu untuk membaca berita yang mengatakan bahwa Rakyat
Gaza Mati karena kelaparan? Pembantaian datang dan menghancurkan
segalanya. Segalanya. Sekolah . Segala sesuatu yang ingin saya ikuti. Kursus
Tilawah sudah tidak ada. Seharusnya kami sudah membuat kemajuan dalam menghafal
Al-Qur’an . Semuanya (kini telah) hilang. Kami biasanya pergi ke masjid untuk
menghafal (Al-Qur’an). Sepulang sekolah atau sebelumnya. Kami biasanya
menggambar dan mengikuti kursus Tilawah.Di sekolah, saya mengikuti kursus, tilawah, dan jurnalisme. Saya biasa
berpartisipasi di stasiun radio sekolah. Kalian melihat (semua yang terjadi) di
TV, dan di handphone. Tetapi kalian tidak melihatnya dengan mata kalian. Dan
kalian tidak mendengar suaranya di telinga kalian. Kalian melihat semua
kehancuran ini dan mendengar suara-suara yang menakutkan/mengerikan.”
Kata-kata dari anak tersebut adalah panggilan yang mengena di hati. Begitu kontras
perbedaan antara Ramadhan yang disambut oleh warga Palestina, dengan
muslim-muslim di belahan dunia lain, termasuk dengan kita. Sebuah keadaan yang
tidak diinginkan oleh siapapun yang masih memiliki hati dan belas kasih, bahwa
warga Gaza mengalami kelaparan ekstrim, sebelum menjalani ibadah puasa menahan
lapar dan haus. Sebuah ironi bahwa mereka sudah “puasa” sebelum masuk Bulan
Puasa. Kita bisa menyiapkan bahan makanan dengan tenang, sedangkan
kehidupan mereka sangat terkurung untuk bahkan mendapatkan segenggam roti
karena penjajahan Israel.
Dilansir dari Middle East Monitor, lebih dari 30.700 warga Palestina telah terbunuh
sejak 7 Oktober 2023, dengan 72.156 orang terluka akibat destruksi massal dan
kekurangan kebutuhan pokok. Blokade Israel yang melumpuhkan Jalur Gaza
mengakibatkan penduduknya kelaparan parah di khususnya di Gaza Utara.
Kita telah melihat pemberitaan anak-anak Gaza yang meninggal karena kekurangan
makanan. Dikutip dari Al Jazeera, Yazan al Kafarneh, seorang anak berusia 10
tahun dengan tubuh yang benar-benar tinggal tulang berbalut kulit menghembuskan
nafas terakhirnya, tidak terselamatkan karena kekurangan gizi dan tidak
memadainya layanan kesehatan. Dikabarkan bahwa kondisinya menurun drastic setelah
Israel melancarkan pengepungan total di Jalur Gaza. Menurut info
terkini melalui Al Jazeera, 20 orang meninggal karena kekurangan gizi dan
dehidrasi, menurut Kementrian Kesehatan Gaza.
Ketika Israel melancarkan perang dahsyat di Jalur Gaza yang terkepung pada bulan
Oktober, Israel memutus pasokan bahan bakar, makanan, air dan obat-obatan
sepenuhnya. Sebagai kekuatan pendudukan di Gaza, negara Zionis mempunyai
kewajiban berdasarkan hukum internasional untuk menjaga pasokan bahan-bahan
tersebut kepada orang-orang yang hidup di bawah pendudukan mereka. Dana
Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) pada hari Selasa (5/3) lalu
memperingatkan memperingatkan bahwa lonjakan besar jumlah kematian anak-anak
akan terjadi akibat kekurangan gizi di Jalur Gaza.
Jangan sampai sejarah mencatatkan berita yang lebih buruk lagi. Bantuan kita akan
tetap berguna jika kita bersama. Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk
membantu Palestina
Suarakan Kebebasan Palestina
Ayo bantu saudara-sudara kita dengan tetap suarakan kebebasan Palestina di manapun
yang kita bisa. Manfaatkan media sosial yang kita punya untuk menyebarkan
fakta-fakta yang terjadi di Palestina. Sertakan Palestina dalam obrolan-obrolan
kita dengan teman-teman dan sanak keluarga. Saat ini, ramai dukungan dari dunia
untuk Palestina, termasuk dengan postingan media sosial dan aksi massal di
jalan-jalan di berbagai sudut dunia.
Boikot Produk Israel
Ayo lanjutkan boikot kita terhadap produk-produk yang mendanai Israel menghancurkan
Palestina. Dilansir dari Anadolu via Middle East Monitor, Tulay Gokcimen selaku
juru bicara Palestine Initiative menekankan bahwa Israel sangat bergantung pada
perdagangan internasional untuk sumber daya dan senjata. Itulah sebabnya
memboikot produk dan individu Israel dapat mengganggu sistem keuangan dan
memberikan tekanan pada Israel. Gokcimen menekankan pentingnya tindakan
kolektif dengan mengutip contoh-contoh sejarah mengenai boikot yang berhasil,
mendorong semua orang untuk berpartisipasi, terlepas dari kekuatan individu.
Donasi untuk Palestina
Jangan ragu untuk berdonasi kepada pihak-pihak yang terpercaya untuk menyalurkan
bantuan kepada Palestina. Saat ini Palestina sangat membutuhkan bantuan makanan
dan kelengkapan kehidupan. Bantuan sangat berarti bagi mereka. Juru bicara
UNICEF James Elder menekankan, mengenai pembatasan masuknya bantuan di Jalur
Gaza, masuknya bantuan (meskipun) dalam jumlah kecil mungkin akan membawa
perbedaan dalam menyelamatkan nyawa,” ujarnya.
Berdoa, Senjata Umat Muslim
Tak lupa, iringi selalu dengan doa-doa yang tiada putusnya untuk kemerdekaan
Palestina, karena itulah senjata kita. Memasuki Bulan Ramadhan yang penuh
berkah, kita bisa mengisi waktu kita dengan terus mendoakan agar Palestina
segera merdeka. Jika Israel dibekali dengan senjata dan bom yang lengkap,
kuatkan doa-doa kita sebagai senjata ampuh ummat muslim.